Indonesia seperti yang kita ketahui bersama adalah Negara dengan wilayah laut yang sangat luas dengan berbagai macam kekayaan hayati yang ada di dalamnya. Wilayah laut yang ada di sepanjang pantai mulai bagian timur hingga bagian barat telah digunakan oleh masyarakat setempat sebagai penopang hidup mereka. Mereka memanen ikan dari dalamnya dan apapun yang dapat diambil dari lautan untuk keperluan hidup mereka.Salah satu hasil laut yang saat ini sedang marak dikembangkan adalah rumput laut dan dibeberapa tempat komoditas ini telah menjadi penghasilan utama bagi Masyarakat setempat, bahkan telah menggeser profesi Nelayan yang sebelumnya menjadi penangkap ikan beralih menjadi Petani rumput laut. Tidak jarang  beberapa anggota Masyarakat pantai menjadi orang kaya  dengan rumput laut yang dibudidayakannya baik sebagai Petani rumput laut maupun sebagai pedagang rumput laut.

Aktifitas sebagai Nelayan yang tidak jarang harus menantang alam ditengah lautan dengan terjangan ombak dan badai yang bisa saja merenggut nyawa mereka kini telah terobati dengan adanya budidaya rumput laut. Masyarakat Nelayan kini telah menjadi lebih tenang dengan pekerjaan mereka dengan rumput laut yang mereka budidayakan.









Mengenal Rumput Laut Dari Beberapa Pulau Di Indonesia
Hasil Panen rumput laut di daerah Siwa, Sulawesi Selatan

Ada beberapa jenis rumput laut yang dibudidayakan secara intensif
diperairan Indonesia yaitu Eucheuma Cottonii, Gracilaria dan Eucheuma
Spinossum. Dari ketiga jenis tersebut yang paling banyak dibudidayakan
adalah dari jenis Eucheuma Cottonii, disusul kemudian Gracilaria dan
Spinossum. Masyarakat lebih suka membudidayakan rumput laut Eucheuma
Cottonii karena rumput laut yang biasa digunakan sebagai bahan baku
Carrageenan ini mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan Gracilaria dan E. Spinossum , meskipun belakangan
ini harga dari ketiga komoditas ini perbedaan harganya tidak terlalu
jauh tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Saat artikel ini kami tulis
harga E. Cottonii berada di level Rp 15.000/KG, Gracilaria Rp 13.000/KG
dan Spinossum berada pada level harga Rp 9500/KG.









Mengenal Rumput Laut Dari Beberapa Pulau Di Indonesia
Pengikatan bibit rumput laut

Penggunaan rumput laut dalam bidang Industri bisa dibilang cukup kompleks mulai dari Industri makanan, obat, bahkan sampai pada Industri pesawat terbang. Rumput laut jenis Eucheuma Cottonii biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan Carrageenan dari jenis Kappa, Gracilaria biasa digunakan sebagai bahan baku pembuat agar-agar dan Eucheuma Spinossum biasa digunakan sebagai pembuat Carrageenan dari jenis Iota.

Di Indonesia, rumput laut dibudidayakan hampir disetiap kepulauan di seluruh Indonesia mulai Sabang sampai Merauke  khususnya di daerah-daerah yang memang secara Geografis cocok untuk kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya rumput laut terbesar dilakukan di Sulawesi khususnya Sulawesi Selatan, Provinsi ini menduduki peringkat tertinggi disusul kemudian Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Di luar pulau Sulawesi, juga terdapat beberapa daerah penghasil rumput laut dalam jumlah besar meskipun secara kapasitas, Sulawesi masih menduduki peringkat tertinggi seperti misalnya Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, Maluku dan Irian. Dari sekian banyak pulau penghasil rumput laut, wilayah Sumatera masih sangat sedikit Nelayan yang tertarik untuk melakukan budidaya.

Masing-masing daerah penghasil rumput laut menghasilkan rumput laut dengan karakteristik yang berbeda, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal  seperti misalnya salinitas air laut, letak geografis dan tingkat kejenuhan  air laut yang disebabkan oleh pola tanam yang tidak mengenal jeda waktu penanaman. Hal-hal tersebut menyebabkan rumput laut tumbuh dengan karakter yang berbeda seperti misalnya ukuran, warna dan kandungan zat esensial yang terdapat didalamnya.









Mengenal Rumput Laut Dari Beberapa Pulau Di Indonesia
Rumput laut E. Cottonii basah dari Fukweu, Maluku










Mengenal Rumput Laut Dari Beberapa Pulau Di Indonesia
Rumput laut E. Cottonii basah dari Buriko, Sulawesi Selatan

Rumput laut yang dibudidayakan di lahan yang baru dibuka biasanya mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan daerah yang telah dilakukan budidaya dalam jangka waktu yang lama. Biasanya rumput laut yang ditanam di lahan baru akan menghasilkan rumput laut dengan ukuran thallus yang besar dan kandungan zat esensial lebih tinggi. Namun demikian tingkat pertumbuhan rumput laut bukan semata-mata dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan lokasi, ada beberapa hal lain yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan rumput laut.

Wilayah Indonesia timur seperti Maluku, NTT dan Irian lebih banyak menghasilkan rumput laut dengan ukuran thallus yang lebih besar, hal ini lebih banyak disebabkan oleh kondisi air lahan budidaya yan tergolong masih baru juga wilayah kepulauan yang memungkinkan terjadinya sirkulasi air laut lebih baik.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama