Stroke dapat terjadi karena beberapa macam faktor resiko, diantara faktor resiko tersebut  ada yang tidak dapat dirubah dan ada yang dapat dirubah. Faktor resiko penyebab stroke yang tidak dapat dirubah terkait dengan faktor alami yang sudah dimiliki oleh setiap individu sejak lahir, dan faktor resiko yang dapat dirubah terkait dengan pola hidup yang dimiliki oleh seseorang yang dapat menyebabkan terjadinya serangan stroke.


Faktor resiko penyebab stroke



Faktor resiko penyebab stroke yang tidak dapat dirubah bukan berarti merupakan penyebab yang tidak dapat diatasi, beberapa faktor penyebab dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup. Faktor ini akan semakin parah jika diikuti dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti misalnya kebiasaan merokok, makan makanan tinggi lemak, minum minuman beralkohol dan lain sebagainya. Berikut ini faktor-faktor penyebab stroke yang tidak dapat dirubah.



 

Umur
Umur dapat menjadi faktor penyebab stroke sebanyak dua kali lipat yaitu pada usia diatas 55 tahun. Pada usia ini seseorang akan rentan terkena stroke ketika tidak menjalankan pola hidup sehat, namun demikian banyak kasus stroke juga terjadi pada usia dibawah 55 tahun, hanya pada usia diatas 55 tahun resiko serangan stroke
lebih besar jika dibandingkan dengan usia dibawah 55 tahun.

Keturunan (riwayat keluarga)
Risiko serangan stroke juga lebih besar jika orang tua, kakek-nenek, adik atau kakak juga pernah mengalami stroke. Beberapa serangan stroke disebabkan oleh  gejala kelainan genetik seperti CADASIL (Cerebral Autosomal Dominant Arteriopathy with Sub-cortical Infarcts and Leukoencephalopathy) yang disebabkan oleh mutasi gen yang menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah di otak, sehingga menghalangi aliran darah ke otak. Kebanyakan individu dengan CADASIL memiliki riwayat keluarga gangguan ini - setiap anak yang terlahir dari orang tua dengan CADASIL  berpotensi memiliki gangguan yang sama sebanyak  50%.
CADASIL adalah penyakit genetik, yang mempengaruhi fungsi otak. Mutasi mempengaruhi sel-sel otot sekitar pembuluh darah kecil di otak. Kerusakan otot menyebabkan kerusakan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan aliran darah menjadi buruk, migrain, stroke dan demensia.

Golongan Darah
Golongan darah seseorang ternyata ikut berpengaruh pada risiko terkena stroke. Orang-orang yang bergolongan darah AB dan wanita bergolongan darah B lebih rentan terkena stroke dibandingkan dengan orang berdarah O. Walau tidak bisa dibuktikan hubungan langsung, namun menurut penelitian golongan darah A, B, dan AB lebih rentan mengalami penyumbatan darah di bagian kaki. Sedangkan tipe darah O lebih mudah mengalami perdarahan sehingga tidak mudah menderita penyumbatan darah, penyebab utama stroke. "Ada bukti-bukti bahwa golongan darah berpengaruh pada penyakit kronik. Memang belum dibuktikan dengan jelas tetapi ini menambah faktor lain yang perlu diwaspadai sehingga kita wajib menjaga kadar kolesterol dan tekanan darah tetap normal," kata Dr.JoAnn Manson, dari Harvard's Brigham and Women's Hospital.

Ras
Faktor resiko penyebab stroke yang tidak dapat dirubah lainnya adalah faktor ras, orang Afrika-Amerika memiliki risiko yang jauh lebih tinggi dari kematian akibat stroke daripada orang kulit putih. Hal ini disebabkan karena sebagian besar  orang kulit hitam memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena serangan  tekanan darah tinggi, diabetes dan obesitas.

[caption id="" align="alignleft" width="400"]Perubahan gaya hidup dapat menekan resiko stroke Gaya hidup sehat dapat mencegah terjadinya serangan stroke[/caption]

 Jenis kelamin
Kasus stroke lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria, dan stroke membunuh lebih banyak wanita daripada pria. Penggunaan pil KB, kehamilan, riwayat preeklamsia / eklamsia atau diabetes gestasional, penggunaan kontrasepsi oral, merokok, dan terapi hormon pasca menopause dapat meningkatkan resiko penyebab stroke pada perempuan.

Stroke yang terjadi sebelumnya,
Stroke ringan (TIA) termasuk resiko lain yang menjadi penyebab terjadinya serangan stroke. Stroke ringan adalah merupakan peringatan sebelum stroke benar-benar menyerang seseorang. TIA memiliki gejal-gejala seperti stroke namun biasanya tidak menimbulkan cacat permanen seperti halnya stroke. TIA adalah prediktor kuat terhadap kemungkinan serangan stroke yang dapat terjadi setelahnya. Seseorang yang  pernah mengalami TIA hingga beberapa kali lebih mungkin untuk mengalami stroke daripada orang yang memiliki faktor penyebab lainnya. Mengenali dan mengobati TIA dapat mengurangi risiko untuk terserang stroke berat. TIA harus dianggap sebagai darurat medis dan segera ditindaklanjuti dengan pengobatan yang intensif. Seseorang yang pernah mengalami serangan jantung, juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stroke.

Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak dapat dihindari dan diubah, namun demikian faktor-faktor penyebab tersebut dapat diturunkan resikonya dengan menjalani pola hidup sehat. Misalnya saja berhenti merokok, berolahraga lebih sering, atau mengurangi konsumsi lemak jahat.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama