embrio-manusia Al-Qur'an menyebutkan bahwa proses penciptaan manusia melewati sejumlah tahap yang berbeda [1] tahap ini adalah deskriptif berdasarkan penampilan luar embrio seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 12-14.:




Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia [2] dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. [QS. al-Mu'minun (23):12-14]

Arti Kata Mudghah Dalam Al-Qur'an Tentang Penciptaan Manusia


Pembahasan artikel ini fokus pada tahap mudghah ( مضغة )- yang merupakan tahap ketiga dari perkembangan janin dalam proses penciptaan manusia manusia menurut Al-Qur'an.
Artikel ini didasarkan pada ceramah yang disampaikan oleh Dr. Keith L. Moore di University of Illinois, Chicago, USA (1990) dengan judul Human Development as Described in the Qur’an and Sunnah (1994).

Al-Qur'an menyebutkan tahap mudghah  (  مضغة  ) sebagai tahap ketiga perkembangan janin manusia di dalam rahim manusia. Kata mudghah menurut kamus bahasa Arab memiliki beberapa arti. Arti pertama adalah "sesuatu yang telah dikunyah oleh gigi" [3,6]. Arti kedua adalah (مضغ الامور) mudagh al-umur yang berarti "zat kecil." [4] Makna ketiga dari mudghah, disebutkan oleh beberapa ahli tafsir Qur'an, adalah "sepotong daging dari ukuran daging yang bisa dikunyah. "[5]

Transformasi embrio ke mudghah











Embriologi Qur'an: Arti Kata Mudghah Dalam Penciptaan Manusia
 Gambar 1. Foto embrio pada akhir tahap' alaqah (usia 24 tahun sampai 25
hari). Sepuluh pasang dari 13 pasang somit mudah dikenali, tapi embrio
masih relatif lurus dan memiliki penampilan seperti lintah. (Sumber: The
Kyoto Collection).

 

Embrio pada usia  24-25 hari berada pada tahap 'alaqah (Gambar 1). Ini adalah perubahan ke tahap mudghah pada hari 26-27. Transformasi dari 'alaqah ke mudghah sebenarnya sangat cepat, dan selama satu hari atau dua hari yang terakhir' alaqah, embrio mulai berkembang dalam beberapa karakteristik mudghah, misalnya somit mulai muncul dan menjadi fitur yang berbeda pada tahap penciptaan manusia ini (Gambar 2).
Embriologi Qur'an: Arti Kata Mudghah Dalam Penciptaan Manusia

Gambar 2. Gambar embrio pada minggu keempat. A, B, C, persepsi sisi lateral embrio, yang menunjukkan masing-masing 16, 27, dan 33 somit. A, Embrio pada hari terakhir tahap 'alaqah. B dan C, Embrio pada awal tahap mudghah. (Sumber: The Developing Human, 4 Ed, 1988).
Transformasi cepat ini dijelaskan dalam Al Qur'an dengan penggunaan kata fa  ف ( "kemudian, tidak ada keterlambatan"). Kata fa menunjukkan urutan cepat suatu peristiwa:

kemudian (fa) Kami mengubah 'alaqah menjadi mudgha
kemudian (ف) Kami mengubah 'alaqah (علقة) ke mudghah a (مضغة) (QS 23:14)

Deskripsi tahap mudghah.


Ketika mengambil istilah untuk tahap dalam perkembangan embrio, maka istilah tersebut harus berkaitan dengan penampilan dan fitur internal utama embrio. Oleh karena itu, tahap mudghah harus menggunakan bentuk zat yang telah dikunyah dengan menggunakan gigi, seperti arti pertama yang telah disebutkan diatas.
Kesesuaian penggunaan kata dalam tahap mudghah telah ditemukan dan relevan dalam embriologi modern. Dalam pembentukan embrio dan plasenta, embrio menerima nutrisi dan energi, oleh karena itu dalam proses ini embrio mengalami pertumbuhan dengan pesat. Massa tubuh, yang disebut sebagai somit, dimana tulang dan otot punggung akan terbentuk. Karena banyaknya struktur somit ini, embrio kemudian memiliki penampilan seperti sebuah benda dengan bekas gigitan gigi.
Penggunaan istilah mudghah dalam menggambarkan proses penciptaan manusia dalam periode ini dijelaskan dalam bagian berikut ini:

Arti kata mudghah sebagai "Sesuatu yang dikunyah dengan menggunakan gigi".


Tampilan somit menyerupai jejak gigi dari sesuatu yang telah dikunyah. Embrio berubah bentuk secara keseluruhan, tetapi struktur yang berasal dari somit tetap. Dalam gambar 3 dan 4 terlihat jelas kemiripan antara bekas kunyahan permen karet dengan bentuk embrio dalam tahap ini.
Embriologi Qur'an: Arti Kata Mudghah Dalam Penciptaan Manusia

Gambar 3. Foto embrio pada sekitar 28-30 hari, selama tahap pembentukan mudghah. Embrio memiliki bentuk seperti huruf C dengan tampilan melengkung menyerupai sesuatu yang telah dikunyah. Tonjolan prototype  jantung mudah dikenali. Ekor bagian perut-melengkung, dengan somit, yang merupakan tampilan khas pada tahap ini. Lekukan dan tonjolan disekitar somit memperlihatkan mirip sesuatu yang yang telah dikunyah. (Source: Langman’s Medical Embryology.)

Embrio berada pada posisinya karena modifikasi di pusat gravitasinya dengan pembentukan jaringan baru, mirip dengan  sesuatu yang telah dikunyah.
Perbandingan  penampilan embrio pada tahap mudghah dengan sepotong permen karet yang telah dikunyah.









Embriologi Qur'an: Arti Kata Mudghah Dalam Penciptaan Manusia
Gambar 4. Perbandingan penampilan embrio pada tahap mudghah dengan
sepotong permen karet yang telah dikunyah. A, embrio berusia sekitar 26
hari menunjukkan beberapa pasang somit seperti manik-manik. (The
Developing Human, Moore dan Persaud, edisi ke-5., P. 79.) B, Permen
karet yang telah berbentuk seperti embrio dan kemudian dikunyah.
Perhatikan bagaimana tanda gigi pada benda yang dikunyah menyerupai
somit embrio. Somit merepresentasikan permulaan primordia dari
vertebrae. [7]

 

Arti kata mudghah sebagai "sesuatu yang sangat kecil"


"Sesuatu yang kecil" untuk arti kata mudghah, menggambarkan embrio yang memiliki ukuran panjang sekitar 1.0cm pada tahap ini, oleh karena itu kenapa mudghah diartikan sebagai sesuatu yang  sangat kecil. Dengan demikian arti dari  "sesuatu yang kecil" berlaku dalam arti ukuran embrio. Hal ini karena semua organ tubuh manusia terbentuk selama tahap mudghah sebagai tunas kecil.

Arti kata mudghah sebagai "Sepotong daging dengan ukuran yang bisa dikunyah"


Arti ketiga mudghah sebagai "sepotong daging dari ukuran yang bisa dikunyah" dalam proses penciptaan manusia ini, dikemukakan oleh beberapa ahli tafsir Al-Qur'an, berlaku  ukuran embrio. Pada tahap ini, embrio memiliki ukuran panjang sekitar 1.0cm, dan ini adalah setara dengan sesuatu yang bisa masuk kedalam mulut dan kemudian  dikunyah. Tahap sebelumnya adalah 'alaqah, yang memiliki ukuran jauh lebih kecil yaitu dengan panjang  3.5mm.


Arti kata mudghah sebagai “menjadi sebagian terbentuk”

Dalam bentuk somit, embrio sudah mulai terbentuk tapi dengan cepat berdiferensiasi menjadi sel-sel yang akan berkembang menjadi berbagai organ. Beberapa organ-organ ini terbentuk dalam tahap mudghah, dan organ lain akan terbentuk di tahap-tahap selanjutnya. Tahap mudghah pada proses penciptaan manusia ini berakhir pada akhir minggu ke-6. Berikut ini pernyataan Al-Quran yang menyebutkan fakta-fakta ini:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna,...... (QS. Alhajj ayat 5)

Istilah mudghah ( مضغة ) adalah tahap ketiga dari perkembangan janin manusia menurut Al-Qur'an. Deskripsi embrio sebagai mudghah adalah merupakan sesuatu yang sangat luar biasa dan sebuah keajaiban ketika hal tersebut dikemukakan pada abad ke-7. Mudghah tersebut berada di dalam rahim yang tidak dapat dilihat oleh mata secara langsung apalagi dengan ukuran panjang hanya 1.0cm. Al-Qur’an telah menyebutkan hal itu ketika mikroskop canggih belum ditemukan bahkan mungkin belum terfikirkan dalam benak manusia. Al-Qur’an telah menyebutkan detailnya dengan menggunakan kata mudghah seperti yang telah disebutkan diatas. Dermikianlah penjelasan Al-Qur'an tentang penciptaan manusia yang sangat relevan dengan ilmu pengetahuan modern, Subhanallah.

Catatan kaki:

[1] The Holy Qur’an 39:6 and 71:14.
[2] The creation of the first man Adam.
[3] Az-Zabīdī, Tāj al-‘Arūs, 1st edition, n.p., Cairo, 1306 A.H., vol. 6, p 30; Ibn Fāris, Mu‛jam Maqāyīs al-Lughah, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Iran, n.d., vol. 5, p 330; and Abū Hayyān, Al-Baḥr, Vol. 6, p 352. As cited in Zindani, A. A., Ahmed, M. A., Tobin, M. B., & Persaud, T. V. N. (1994). Human Development as Described in the Qur’an and Sunnah: Islamic Academy for Scientific Research, p. 79.
[4] Al-Biqā‛i, Naẓm ad-Durar fī Tanāsub al-Ᾱyāt was-Suwar, vol. 6, pp 30-31; and Ibn Manẓūr, Lisān al-‘Arab, Dār Ṣādir, Beirut, n.d., vol. 8, pp 450-452. As cited in Zindani et al. (1994, p. 79).
[5] Ash-Shawkānī, Fatḥ al-Qadīr al-Jāmi‛ Bayna Fannay ar-Riwāyah wad-Dirāyah min ‛Ilm at-Tafsīr, 3rd edition, Dār al-Fikr, Beiruit, 1393 AH, 1973 CE, vol. 3, p 436; Tafsīr al-Bayḍāwi, vol. 4, pp 288-289; Ibn Kathīr, Tafsīr al-Qur’ān al-’Azīm, vol. 3, p 307;  Al-Biqā‛i, Naẓm ad-Durar fī Tanāsub al-Ᾱyāt was-Suwar, Vol. 1, p 9; Al-Alusī, Rūḥ al-Ma‛ānī fī Tafsīr al-Qur’ān al-‘Azīm was-Sab‛ al-Mathāni, vol. 17, p 116; Ibn Al-Jawzī, Zād Al-Masīr fi ‘Ilm at-Tafsīr, vol. 5, p 47; Al-Qurṭubī, Al-Jāmi‛ li-Aḥkām al-Qur’ān, Dār Iḥyā at-Turāth al-‘Arabī, Beirut, n.d., vol. 12, p 906; Al-Qāsimī, Maḥāsin at-Ta’wīl, vol. 12, p 8; Az-Zamakhsharī, Al-Kashshāf ’an Ḥaqā’iq at-Tanzīl wa Uyūn al-Aqāwīl fī Wujūh at-Ta’wīl, vol. 3, p 5; Aṭ-Ṭabarī, Jāmi’ al-Bayān fī Tafsīr al-Qur’ān, Dār al-Ma’rifah, Beirut, 1398 A.H., 1978 A.D., vol. 18, p 8; and Ar-Rāzī, Tafsīr al-Fakhr Ar-Rāzī, vol. 12, p 8. As cited in Zindani et al. (1994, p. 79).
[6] A Byzantine anathema recorded during Muslim conversions to Christianity reads: “I anathematize Muhammad’s teaching about the creation of man, where he says that man was created from dust and a drop of fluid [σταγόνος] and leeches [βδἑλλων] and chewed-like substance [μασήματος]…”


The Greek μασήματος (ma-see-ma-tos) meaning something that has been chewed is indeed the translation of the Arabic mudghah. (see The Byzantine Understanding of the Qur’anic Term al-Samad and the Greek Translation of the Qur’an. Speculum 86, 2011, page 901).

[7] Source of image: http://www.webpages.uidaho.edu/~msa/tour/ch1-1-a-img6-big.jpg

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama