Suku AWA atau Guajá adalah merupakan suku asli yang tinggal di hutan Amazon timur, Brazil. Mereka benar-benar hidup di alam dan tidak melakukan kontak dengan dunia luar. Bahasa komunikasi mereka adalah Bahasa Tupi-Guarani. Mereka hidup secara nomaden berpindah dari satu tempat ke tempat lain sejak tahun 1800-an. Awalnya suku AWA tinggal di permukiman, namun setelah kedatangan bangsa Eropha yang memburu mereka akhirnya mereka menjalani kehidupan nomaden untuk menhindari pembantaian yang dilakukan oleh para pendatang Eropha.
Sejak pertengahan 1980-an pemerintah setempat membuatkan pemukiman bagi suku AWA dan mereka terus mempertahankan cara hidup tradisional mereka dan hidup sepenuhnya dari hasil hutan, namun demikian sebagian dari mereka masih terus menjalani hidup sebagai suku nomaden dan tidak melakukan kontak dengan dunia luar.
Secara fisik wajah mereka lebih mirip dengan orang-orang Asia dengan hidung yang cenderung pesek dengan lobang besar mirip orang-orang Asia pada umumnya dan justru tidak mirip dengan orang-orang Brazil yang tinggal di perkotaan.
Suku ini hidup secara harmonis dengan hutan dimana mereka tinggal. Untuk kebutuhan hidup, mereka memetik hasil hutan dan berburu sebagaimana suku primitif lainnya. Mereka juga hidup bersama dengan binatang-binatang hutan sebagai teman mereka, bahkan tidak jarang bayi-bayi mereka berbagi ASI dengan binatang yang mereka pelihara
Pada tahun 1982, pemerintah Brasil menerima pinjaman sebesar USD900 juta dari Bank Dunia dan Uni Eropa untuk melindungi suku AWA baik adat maupun keselamatan mereka. Hal tersebut dipandang penting untuk kelestarian suku AWA mengingat tempat tinggal mereka terus dihancurkan oleh pembalak liar yang terus menebang pohon-pohon untuk dibuka sebagai lahan pertanian. Tanpa intervensi dari pemerintah maka suku AWA dan budaya kuno mereka akan punah.
Namun, pada kenyataannya pemerintah Brazil lambat dalam merespon masalah yang dialami oleh suku AWA. Butuh waktu dua puluh tahun tekanan berkelanjutan dari kampanye yang dilakukan organisasi seperti Survival International dan Forest Peoples Programme sebelumnya, pada Maret 2003. Dan akhirnya tanah AWA ini akhirnya dibatasi.
Perambahan hutan yang merupakan tempat tinggal mereka mengakibatkan terjadinya serangkaian pembantaian dan telah mengurangi jumlah populasi suku Awa hingga 300 orang, dan saat ini populasi mereka tinggal sekitar 60 orang yang masih hidup secara tradisional, terisolasi, dan hidup dengan cara berburu.
Sebuah insiden tragis pernah terjadi pada akhir 2011, para pembalak liar membakar hidup-hidup seorang gadis AWA berusia 8 tahun, setelah ia keluar dari desanya. Pembantaian sadis itu terjadi di dalam kawasan hutan lindung di wilayah negara bagian Maranhao. Luis Carlos Guajajaras, mengatakan bahwa gadis itu telah dibunuh sebagai peringatan bagi penduduk pribumi lainnya yang tinggal di kawasan lindung. Menurut Indigenous Missionary Council sekitar 450 orang suku asli AWA dibunuh antara tahun 2003 dan 2010. Sebuah penyelidikan menemukan bahwa perkampungan suku Awa tersebut telah dihancurkan oleh para pembalak liar.
Menurut Survival International, sebuah organisasi hak asasi manusia yang mengkampanyekan hak-hak masyarakat adat, mengatakan bahwa suku Awa-Guajá sebagai "suku paling terancam dimuka bumi" , hutan suku Awa musnah lebih cepat daripada di daerah Indian lainnya di hutan Amazon, Brazil . Pada bulan April 2012, Survival International meluncurkan kampanye di seluruh dunia, yang didukung oleh aktor Colin Firth, untuk melindungi orang-orang Awa-Guajá.
Pada bulan September 2012, Brazil’s Indian affairs department, FUNAI mengatakan bahwa lokasi penebangan hutan dan tempat tinggal suku AWA hanya berjarak sekitar 6 Kilometer.
إرسال تعليق