Masalah hidup yang sangat berat yang dihadapi oleh seseorang kadang membuatnya berfikir bahwa segalanya sudah buntu dan tidak ada jalan keluar. Meskipun dia telah berfikir keras, kegagalan untuk menemukan solusi selalu kandas dan tidak membuahkan hasil, hal tersebut membuatnya terus berfikir dan tidak ada waktu luang untuk melupakan masalah yang dihadapinya. Hal tersebut tidak jarang membuat seseorang mengalami gangguan mental dan dapat berujung pada kegilaan. Meskipun hal tersebut hanya salah satu dari beberapa penyebab lain, pada intinya faktor fikiran lebih banyak menjadi penyebab terjadinya gangguan mental.
Gangguan mental yang dialami seseorang pada awalnya sering tidak memperlihatkan tanda-tanda khusus yang membedakan antara seseorang yang terkena gangguan mental / penyakit mental dengan orang yang sehat pada umumnya. Bahkan gejala yang kadang muncul menyerupai orang normal yang sedang mengalami masalah emosi dalam batas-batas tertentu. Pada tahap awal
sulit dibedakan dengan gejala pada gangguan mental gejala umum yang muncul mengenahi keadaan fisik, mental dan emosi.
Tanda-tanda gangguan jiwa dapat dilihat dari gejala-gejala gangguan jiwa yang
merupakan hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatic, psikologik dan sosiobudaya. Gejala gejala inilah sebenarnya menandakan dekompensasi proses adaptasi dan terdapat terutama pemikiran, perasaan dan perilaku (Maramis, 1990).
Gangguan mental yang dialami seseorang pada awalnya sering tidak memperlihatkan tanda-tanda khusus yang membedakan antara seseorang yang terkena gangguan mental / penyakit mental dengan orang yang sehat pada umumnya. Bahkan gejala yang kadang muncul menyerupai orang normal yang sedang mengalami masalah emosi dalam batas-batas tertentu. Pada tahap awal
sulit dibedakan dengan gejala pada gangguan mental gejala umum yang muncul mengenahi keadaan fisik, mental dan emosi.
Tanda-tanda gangguan jiwa dapat dilihat dari gejala-gejala gangguan jiwa yang
merupakan hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatic, psikologik dan sosiobudaya. Gejala gejala inilah sebenarnya menandakan dekompensasi proses adaptasi dan terdapat terutama pemikiran, perasaan dan perilaku (Maramis, 1990).
Dalam beberapa kasus, gangguan jiwa bahkan terjadi tanpa latar belakang masalah berat yang dialami oleh pasien dan terjadi secara tiba-tiba. Teori kejiwaan bahkan kadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Penanganan terhadap seseorang yang mengalami gangguan mental biasanya dilakukan di Rumah Sakit Sakit Jiwa atau panti sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela.
Penyebab Gangguan Jiwa
Penyebab gangguan mental bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Layanan untuk penyakit ini terpusat di rumah sakit jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela, menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan tanya jawab.
Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan mental. Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua pilihan pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan diri. Pada beberapa kasus terjadi penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana hukum membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi dengan kelainan mental (atau terdiagnosa kelainan mental atau dinilai memiliki kelainan mental) yang akan mengarh ke berbagai gerakan sosial dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial.
Tanda dan gejala gangguan jiwa
Seperti penyakit lainnya, seseorang yang mengalami gangguan mental juga akan memperlihatkan gejala-gejala yang mendahuluinya, berikut ini gejala-gejala yang biasanya terjadi pada orang yang mengalami gangguan mental
- Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
- Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
- Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal) meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. Sering berpikir atau melamun yang tidak biasa (delusi).
- Halusinasi yaitu pengelaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.
- Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terus-menerus.
- Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.
- Paranoid (cemas atau takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal tidak perlu ditakuti atau dicemaskan.
- Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.
- Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
- Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.
- Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.
- Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.
- Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.
- Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.
- Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.
- Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
- Sulit dalam berpikir abstrak.
- Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada upaya usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas dan selalu terlihat sedih.
Penanganan masalah gangguan jiwa
Penanganan gangguan mental dilakukan dengan beberapa variasi metode dan dilakukan berdasarkan observasi dan tanya jawab terhadap pasien. Penanganan yang bersifat klinis untuk penyakit gangguan mental juga telah banyak dilakukam oleh profesional kesehatan mental.Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua opsi pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan diri.
Dalam kondisi tertentu penanganan terhadap orang dengan gangguan mental dapat dilakukan dengan penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana hukum membolehkan. Dukungan moral terhadap orang dengan gangguan mental sangat diperlukan, buatlah mereka nyaman dilingkungannya. Diskriminasi yang dilakukan oleh orang-orang terdekat atau lingkungannya dapat membuat menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi dengan kelainan mental (atau terdiagnosa kelainan mental atau dinilai memiliki kelainian mental).
Definisi dan klasifikasi kelainan mental adalah kunci untuk peneliti sebagaimana juga penyedia layanan dan mereka yang mungkin terdiagnosa. Sebagian besar dokumen klinik internasional menggunakan istilah Kelainan mental. Terdapat dua sistem yang mengklasifikasikan kelainan mental ICD-10 Chapter V: Mental and behavioural disorders, bagian dari International Classification of Diseases yang diterbitkan oleh World Health Organization (WHO), dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) diterbitkan oleh Psychiatric Association (APA).
إرسال تعليق