Needa News - Ada apa dengan dunia per-televisian Indonesia belakangan ini? Pemberitaan tentang KOPI SIANIDA yang melibatkan Jessica Wongso sebagai “Aktris Pengadilan” diberitakan dengan lantang dan seolah-olah diblow up sesdemikian rupa. Pemberitaan Jessica Wongso ini bahkan mengalahkan berita-berita yang sangat penting yang mestinya mendapatkan porsi lebih ketimbang berita ini, bahkan sidang terakhir diliput secara live di media elektronik hingga jam 11 malam mulai jam 11 pagi. Bukankah sebenarnya berita tentang Freddy Budiman yang menyangkut oknum petugas BNN dan Kepolisian lebih penting untuk mendapatkan porsi yang lebih ketimbang Pemberitaan Jessica Wongso?

Bahkan sidang Jessica yang diperkirakan akan selesai tanggal 10 Agustus 2016 kemaren belum juga kelar dan masih akan dilanjutkan kembali pada tanggal 15 Agustus 2016 mendatang, tentu hal ini akan menambah jam tanyang Pemberitaan Jessica Wongso. Kasus ini juga sudah bergulir sejak lama, pertanyaannya adalah apa relevansinya dengan kehidupan publik Indonesia? Bukankah berita ini cukup dipublikasikan hasil akhirnya saja? Bukan dengan meliputnya dalam siaran live yang berlangsung hingga berjam-jam.

Berita ini memang cukup viral di media elektronik yang membuat pemirsa penasaran untuk terus mengikutinya dan yang pasti akan meningkatkan rating bagi stasiun televisi swasta yang menyiarkannya. Jika alasannya karena rating mungkin hal ini cukup beralasan meskipun relevansinya terhadap kehidupan masyarakat harus dipertanyakan. Namun jika alasannya untuk mengaburkan atau menutupi peristiwa lain atau mengalihkan perhatian masyarakat dari peristiwa besar yang terjadi di negeri ini, tentu hal tersebut sangat disayangkan.

Media-media tanah air terus memblow up Pemberitaan Jessica Wongso yang diduga membunuh Mirna dengan menggunakan racun sianida.

"Silakan boleh percaya atau tidak. Dengan ditayangkannya persidangan kasus kopi beracun secara langsung berulang-ulang dan dengan pemberitaan yang digembar gemborkan, sebetulnya ada sesuatu yang besar yang ingin ditutupi. Baik oleh media, atau pun oleh kekuatan besar yang menguasai dan berkepentingan dengan media tersebut. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat kepada keluarga korban, faktanya adalah pemberitaan berlebihan selama berbulan-bulan ini menganehkan. Mencurigakan. Apalagi media yang getol melakukan pemberitaan ini adalah media yang berada di belakang 'tuan dan puan' yang berada di barisan kekuasaan," ujar aktivis media sosial Azzam Mujahid Izzulhaq.

Jusman Dalle, seorang Praktisi Digital Marketing, senada mengungkap keheranan dengan blow up media.

"Berharap kasus kopi beracun ini cepat selesai," ujarnya di akun twitternya @JusDalle, Rabu (10/8).

"Baru kali ini ada berita yg diblowup terus menerus, tapi (mohon maaf) tdk jelas relevansinya dgn kehidupan publik. Berita yg nilai berita masih tanda tanya. Berita yg dipaksakan. Entah apa yg dicari dan ingin diungkap oleh media dr kasus ini," ungkapnya.

Kita semua berharap tidak ada kepentingan tertentu dari media-media yang memberitakan kasus ini secara berlebihan.

Post a Comment

أحدث أقدم