Impotensi atau yang juga disebut sebagai disfungsi ereksi banyak dialami oleh pria saat ini. Impotensi terkait dengan kemampuan alat kelamin pria untuk ereksi dan mempertahankannya dalam melakukan hubungan seksual. Impotensi merupakan masalah yang dapat membuat pria mengalami shock karenanya. Kebanyakan pria mengalami kondisi ini setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Sementara hampir delapan persen pria berusia antara 20-39 telah melaporkan kasus disfungsi ereksi, hampir enam puluh persen pria dengan usia lebih dari 70 tahun mengalami impotensi, tingkat keparahan dari impotensi tergantung pada penyebab terjadinya kondisi ini. Impotensi dikelilingi oleh stigma sosial dan banyak orang memilih untuk menderita dalam diam daripada berkonsultasi dengan spesialis atau dokter untuk mengobati masalah yang dialaminya. Pria lebih banyak memilih diam daripada berupaya mencari solusi atas masalah ini, rasa malu biasanya yang melatarbelakangi sikap tersebut.
Impotensi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis:
Impotensi ditandai dengan ketidakmampuan yang terjadi secara berulang untuk mencapai atau mempertahankan ereksi dalam melakukan hubungan seksual. Gejala impotensi lainnya termasuk kehilangan keinginan untuk melakukan hubungan seks, kelelahan, perasaan bersalah atau marah, dan depresi. Hubungan antara pasangan juga cenderung tidak harmonis karena impotensi.
Impotensi atau disfungsi ereksi disebabkan oleh kurangnya suplai darah ke penis.
Faktor biologis atau fisik menjadi penyebab utama terhadap terjadinya impotensi, namun demikian beberapa kondisi lain juga dapat menyebabkan impotensi. Dalam banyak kasus impotensi disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah. Beberapa penyebab umum terjadinya impotensi seksual meliputi:
Penyakit pembuluh darah adalah suatu kondisi yang mempengaruhi pembuluh darah dan arteri, yang menyebabkan penebalan dinding arteri. Hal ini menyebabkan aliran darah terbatas dan melemah yang dan dapat mempengaruhi ekstremitas dan juga alat kelamin yang akhirnya menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan ereksi atau bahkan mencapai ereksi.
Studi menunjukkan bahwa ada hubungan yang pasti antara diabetes dan impotensi seksual, meskipun penyebab pasti tidak dipahami dengan jelas. Para ahli percaya bahwa diabetes mempengaruhi aliran darah dan menyebabkan kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi.
Minum minuman keras berlebihan dan merokok dapat menyebabkan disfungsi ereksi dengan menghambat sirkulasi darah. Alkohol juga mengganggu keseimbangan hormon dan produksi testosteron hormon laki-laki yang dapat mengakibatkan impotensi.
Penyakit seperti Multiple Sclerosis, Parkinson dan kondisi kesehatan lainnya dapat mempengaruhi sistem saraf dapat menyebabkan otot yang berhubungan dengan kelamin pria tidak dapat mempertahankan ereksi, dengan membatasi dan mencegah sinyal respon yang benar yang dikirim oleh otak ke tubuh.
Kurang olahraga dan gaya hidup dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular dan pada gilirannya mempengaruhi fungsi seksual.
Terlalu sibuk bekerja, depresi, kecemasan, rasa bersalah, dan malu juga dapat menyebabkan impotensi. Kekhawatiran terhadap impotensi juga dapat menyebabkan kecemasan dan takut gagal mempertahankan ereksi juga menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan hubungan seksual.
Pengobatan impotensi secara medis tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Langkah pertama untuk menuju pada pengobatan impotensi adalah mengabaikan stigma yang mengelilingi kondisi ini, seperti misalnya rasa malu atau perasaan takut dipandang rendah, setelah itu konsultasikan masalah ini dengan dokter spesialis atau bahkan terapis jika diperlukan.
Diagnosis akan diperoleh hasilnya hanya setelah dilakukan sejumlah tes yang dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari terjadinya impotensi. Pengobatan impotensi termasuk obat oral, suntikan penis, dan pembantu mekanik seperti implan dan pompa vakum. Pengobatan impotensi dengan pompa vakum akan bekerja dengan baik ketika impotensi disebabkan oleh faktor vaskulogenik. Resep dan non-resep obat telah tersedia untuk meningkatkan libido seksual, menyeimbangkan hormon dan meningkatkan potensi seksual. Banyak obat yang tersedia secara komersial cenderung memiliki efek psikologis dan para ahli percaya bahwa tidak ada nilai yang nyata dalam pengobatan efek plasebo. Namun, ada beberapa obat-obatan seperti Viagra untuk pengobatan impotensi, meskipun penggunaan Viagra sangat efektif, tetapi pasien harus tetap berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan untuk memberitahukan tentang kondisi kesehatan lainnya, karena risiko, efek samping dan interaksi obat ini dapat mengancam jiwa penggunanya.
Pengobatan impotensi dengan menggunakan terapi hormon untuk impotensi melibatkan penerapan patch kulit atau penggunaan suntikan yang mengandung testosteron. Hal tersebut jika impotensi disebabkan karena penurunan kadar testosteron dalam tubuh, patch dan suntikan ini dapat meningkatkan libido dan mengurangi kasus disfungsi ereksi. Terapi penggantian hormon digunakan terutama pada pria berusia tua, namun cara ini dapat menimbulkan komplikasi dan efek samping seperti kanker prostat.
[caption id="attachment_5707" align="alignleft" width="400"] Implan penis[/caption]
Ketika impotensi disebabkan oleh masalah vaskular, pengobatan impotensi mungkin akan dilakukan. Bedah vaskuler yang dilakukan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi tetapi tindakan medis ini memerlukan biaya yang cukup mahal.
Ketika tidak ada alternatif medis lain yang dapat digunakan, implan penis dapat dipertimbangkan untuk mengatasi masalah impotensi. Implan penis adalah perangkat prostetik yang ditanamkan ke dalam penis dengan cara pembedahan, ada dua macam implan penis yang dapat digunakan, yaitu:
Demikianlah beberapa hal yang terkait dengan impotensi dan pengobatan impotensi semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
Sementara hampir delapan persen pria berusia antara 20-39 telah melaporkan kasus disfungsi ereksi, hampir enam puluh persen pria dengan usia lebih dari 70 tahun mengalami impotensi, tingkat keparahan dari impotensi tergantung pada penyebab terjadinya kondisi ini. Impotensi dikelilingi oleh stigma sosial dan banyak orang memilih untuk menderita dalam diam daripada berkonsultasi dengan spesialis atau dokter untuk mengobati masalah yang dialaminya. Pria lebih banyak memilih diam daripada berupaya mencari solusi atas masalah ini, rasa malu biasanya yang melatarbelakangi sikap tersebut.
Jenis-jenis Impotensi
Impotensi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis:
- Impotensi primer: disfungsi ereksi kronis yang terjadi sejak awal dalam setiap jenis aktivitas seksual.
- Impotensi sekunder: Bentuk yang paling umum dari impotensi seksual, di mana impotensi terjadi di antara aktivitas seksual normal.
- Impotensi karena Umur: Penurunan bertahap fungsi seksual dan kemampuan untuk mempertahankan ereksi karena usia.
Gejala Impotensi
Impotensi ditandai dengan ketidakmampuan yang terjadi secara berulang untuk mencapai atau mempertahankan ereksi dalam melakukan hubungan seksual. Gejala impotensi lainnya termasuk kehilangan keinginan untuk melakukan hubungan seks, kelelahan, perasaan bersalah atau marah, dan depresi. Hubungan antara pasangan juga cenderung tidak harmonis karena impotensi.
Penyebab Impotensi
Impotensi atau disfungsi ereksi disebabkan oleh kurangnya suplai darah ke penis.
Faktor biologis atau fisik menjadi penyebab utama terhadap terjadinya impotensi, namun demikian beberapa kondisi lain juga dapat menyebabkan impotensi. Dalam banyak kasus impotensi disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah. Beberapa penyebab umum terjadinya impotensi seksual meliputi:
Penyakit vascular
Penyakit pembuluh darah adalah suatu kondisi yang mempengaruhi pembuluh darah dan arteri, yang menyebabkan penebalan dinding arteri. Hal ini menyebabkan aliran darah terbatas dan melemah yang dan dapat mempengaruhi ekstremitas dan juga alat kelamin yang akhirnya menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan ereksi atau bahkan mencapai ereksi.
Diabetes
Studi menunjukkan bahwa ada hubungan yang pasti antara diabetes dan impotensi seksual, meskipun penyebab pasti tidak dipahami dengan jelas. Para ahli percaya bahwa diabetes mempengaruhi aliran darah dan menyebabkan kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi.
Alkohol dan Merokok
Minum minuman keras berlebihan dan merokok dapat menyebabkan disfungsi ereksi dengan menghambat sirkulasi darah. Alkohol juga mengganggu keseimbangan hormon dan produksi testosteron hormon laki-laki yang dapat mengakibatkan impotensi.
Penyakit tertentu
Penyakit seperti Multiple Sclerosis, Parkinson dan kondisi kesehatan lainnya dapat mempengaruhi sistem saraf dapat menyebabkan otot yang berhubungan dengan kelamin pria tidak dapat mempertahankan ereksi, dengan membatasi dan mencegah sinyal respon yang benar yang dikirim oleh otak ke tubuh.
Kurang Aktif
Kurang olahraga dan gaya hidup dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular dan pada gilirannya mempengaruhi fungsi seksual.
Stres
Terlalu sibuk bekerja, depresi, kecemasan, rasa bersalah, dan malu juga dapat menyebabkan impotensi. Kekhawatiran terhadap impotensi juga dapat menyebabkan kecemasan dan takut gagal mempertahankan ereksi juga menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan hubungan seksual.
Pengobatan Impotensi
Pengobatan impotensi secara medis tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Langkah pertama untuk menuju pada pengobatan impotensi adalah mengabaikan stigma yang mengelilingi kondisi ini, seperti misalnya rasa malu atau perasaan takut dipandang rendah, setelah itu konsultasikan masalah ini dengan dokter spesialis atau bahkan terapis jika diperlukan.
Diagnosis akan diperoleh hasilnya hanya setelah dilakukan sejumlah tes yang dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari terjadinya impotensi. Pengobatan impotensi termasuk obat oral, suntikan penis, dan pembantu mekanik seperti implan dan pompa vakum. Pengobatan impotensi dengan pompa vakum akan bekerja dengan baik ketika impotensi disebabkan oleh faktor vaskulogenik. Resep dan non-resep obat telah tersedia untuk meningkatkan libido seksual, menyeimbangkan hormon dan meningkatkan potensi seksual. Banyak obat yang tersedia secara komersial cenderung memiliki efek psikologis dan para ahli percaya bahwa tidak ada nilai yang nyata dalam pengobatan efek plasebo. Namun, ada beberapa obat-obatan seperti Viagra untuk pengobatan impotensi, meskipun penggunaan Viagra sangat efektif, tetapi pasien harus tetap berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan untuk memberitahukan tentang kondisi kesehatan lainnya, karena risiko, efek samping dan interaksi obat ini dapat mengancam jiwa penggunanya.
Pengobatan impotensi dengan menggunakan terapi hormon untuk impotensi melibatkan penerapan patch kulit atau penggunaan suntikan yang mengandung testosteron. Hal tersebut jika impotensi disebabkan karena penurunan kadar testosteron dalam tubuh, patch dan suntikan ini dapat meningkatkan libido dan mengurangi kasus disfungsi ereksi. Terapi penggantian hormon digunakan terutama pada pria berusia tua, namun cara ini dapat menimbulkan komplikasi dan efek samping seperti kanker prostat.
[caption id="attachment_5707" align="alignleft" width="400"] Implan penis[/caption]
Ketika impotensi disebabkan oleh masalah vaskular, pengobatan impotensi mungkin akan dilakukan. Bedah vaskuler yang dilakukan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi tetapi tindakan medis ini memerlukan biaya yang cukup mahal.
Ketika tidak ada alternatif medis lain yang dapat digunakan, implan penis dapat dipertimbangkan untuk mengatasi masalah impotensi. Implan penis adalah perangkat prostetik yang ditanamkan ke dalam penis dengan cara pembedahan, ada dua macam implan penis yang dapat digunakan, yaitu:
- Implan penis pasif yang terdiri dari batang silikon yang dimasukkan ke dalam penis.
- Implan penis aktif, dilakukan dengan menggunakan kantong silikon tiup yang ditanamkan ke dalam penis. Kantong ini dapat dimanipulasi secara manual untuk mencapai dan mempertahankan ereksi.
Demikianlah beberapa hal yang terkait dengan impotensi dan pengobatan impotensi semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
Posting Komentar