Dihadapan ormas Islam yang menggelar deklarasi perang melawan narkoba, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Budi Waseso mengungkap adanya pengkhianatan dari dalam bangsa Indonesia. Dia juga mengaku minimnya dukungan para pembantu presiden.
“Pelemahan itu terus dilakukan, jadi ada pengkhianatan dari dalam bangsa Indonesia itu sendiri,” ujar Buwas saat paparan dalam deklarasi perang melawan narkoba oleh sedikitanya 13 ormas Islam yang bernaung di Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), Kamis (22/12/2016).
Mantan Kabareskrim itu mengungkapkan betapa dirinya di bully saat melancarkan tindakan dan gerakan memberantas narkoba dengan tuduhan melanggar HAM. Padahal sebenarnya justru para pelaku kejahatan narkoba itulah pelanggar berat HAM.
“Selama ini kalau bertindak malah kita yang di-bully, malah dibilang melanggar HAM, padahal yang kita tindak itu pelaku pelanggaran HAM berat,” kata pria yang akrab disapa Buwas.
Dia juga mengungkapkan, beberapa waktu lalu baru saja bertemu dengan Presiden Joko Widodo yang memberikan dukungan penuh perang melawan narkoba. Namun sayangnya tidak mendapatkan dukungan yang berarti dari pembantu-pembantu Presiden, yang selama ini ia rasakan memang tidak berbuat apa-apa.
Buwas menuturkan, sebagian besar kementerian yang ada di Kabinet Kerja masih merasa narkoba bukan bagiannya, dan merasa itu tanggung jawab BNN dan Polri. Bahkan, ia sempat mendapat serangan bertubi-tubi dari setidaknya tiga LSM asal Indonesia saat berada di AS, yang menggembor-gemborkan hukuman mati bandar dan pengedar sebagai pelanggaran HAM.
Pada kesempatan tersebut Buwas sempat menceritakan agenda-agenda dari jaringan narkotika di Indonesia, yaitu regenerasi pangsa pasar yang memang gencar dilakukan. Menurut Buwas, saking kejamnya jaringan-jaringan narkotika ini, mereka yang jadi bandar dan pengedar sudah tidak kenal lagi belas kasihan, dan menyebarluaskan narkoba ke anak-anak kecil.
“Begitu biadabnya, mereka meracuni anak-anak dan cucu-cucu kita yang sedang sekolah,” kata Buwas.
Hal itu yang menjadi alasan apresiasinya, karena merasa dukungan deklarasi perang narkoba dari ormas Islam sangat berarti sebagai kekuatan BNN. Ormas-ormas itu di antaranya Nahdlatul Ulama, Persis, Al Irsyad, Mathlatul Anwar, Al Washliyah, Syarikat Islam, Perti, Al Ittihadiyah, Az Zikra, Persatuan Islam Tionghoa, Ikadi, PUI, dan HBMI.
Selain ormas Islam, deklarasi turut dihadiri tokoh-tokoh nasional seperti Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Ketua Dewan Kehormatan DPD AM Fatwa dan Kabareskrim Polri Komjen Ari Dono Sukmanto. Deklarasi berisikan lima poin, yang dibacakan Ketua Umum LPOI dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siroj.(dia/dbs)
Editor : Redaktur | teropongsenayan.com
“Pelemahan itu terus dilakukan, jadi ada pengkhianatan dari dalam bangsa Indonesia itu sendiri,” ujar Buwas saat paparan dalam deklarasi perang melawan narkoba oleh sedikitanya 13 ormas Islam yang bernaung di Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), Kamis (22/12/2016).
Mantan Kabareskrim itu mengungkapkan betapa dirinya di bully saat melancarkan tindakan dan gerakan memberantas narkoba dengan tuduhan melanggar HAM. Padahal sebenarnya justru para pelaku kejahatan narkoba itulah pelanggar berat HAM.
“Selama ini kalau bertindak malah kita yang di-bully, malah dibilang melanggar HAM, padahal yang kita tindak itu pelaku pelanggaran HAM berat,” kata pria yang akrab disapa Buwas.
Dia juga mengungkapkan, beberapa waktu lalu baru saja bertemu dengan Presiden Joko Widodo yang memberikan dukungan penuh perang melawan narkoba. Namun sayangnya tidak mendapatkan dukungan yang berarti dari pembantu-pembantu Presiden, yang selama ini ia rasakan memang tidak berbuat apa-apa.
Buwas menuturkan, sebagian besar kementerian yang ada di Kabinet Kerja masih merasa narkoba bukan bagiannya, dan merasa itu tanggung jawab BNN dan Polri. Bahkan, ia sempat mendapat serangan bertubi-tubi dari setidaknya tiga LSM asal Indonesia saat berada di AS, yang menggembor-gemborkan hukuman mati bandar dan pengedar sebagai pelanggaran HAM.
Pada kesempatan tersebut Buwas sempat menceritakan agenda-agenda dari jaringan narkotika di Indonesia, yaitu regenerasi pangsa pasar yang memang gencar dilakukan. Menurut Buwas, saking kejamnya jaringan-jaringan narkotika ini, mereka yang jadi bandar dan pengedar sudah tidak kenal lagi belas kasihan, dan menyebarluaskan narkoba ke anak-anak kecil.
“Begitu biadabnya, mereka meracuni anak-anak dan cucu-cucu kita yang sedang sekolah,” kata Buwas.
Hal itu yang menjadi alasan apresiasinya, karena merasa dukungan deklarasi perang narkoba dari ormas Islam sangat berarti sebagai kekuatan BNN. Ormas-ormas itu di antaranya Nahdlatul Ulama, Persis, Al Irsyad, Mathlatul Anwar, Al Washliyah, Syarikat Islam, Perti, Al Ittihadiyah, Az Zikra, Persatuan Islam Tionghoa, Ikadi, PUI, dan HBMI.
Selain ormas Islam, deklarasi turut dihadiri tokoh-tokoh nasional seperti Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Ketua Dewan Kehormatan DPD AM Fatwa dan Kabareskrim Polri Komjen Ari Dono Sukmanto. Deklarasi berisikan lima poin, yang dibacakan Ketua Umum LPOI dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siroj.(dia/dbs)
Editor : Redaktur | teropongsenayan.com
إرسال تعليق