Apa itu dosa? Dosa adalah tindakan atau perbuatan yang melanggar segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah baik yang ditetapkan di dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Seringkali Allah tidak memberikan sanksi kontan terhadap pelaku dosa untuk memberikan kesempatan bagi hambaNya agar bertaubat. Namun rupanya hal ini disalahfahami oleh manusia sebagai maaf dari Allah dan membuat mereka terus melakukan dosa secara berulang dan terus berulang, bahkan terbiasa dengan dosa besar sekalipun. Celakanya tidak ada upaya untuk bertaubat dengan dosa yang telah diperbuat oleh mereka. Tidak Sholat, dianggap sebagai sesuatu yang biasa padahal hal tersebut merupakan dosa besar, tidak menutup aurat dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja bahkan tiap hari muncul model-model pakaian yang mengumbar aurat yang sebenarnya hal tersebut juga merupakan dosa besar.
Kebiasaan Melakukan Dosa Besar
Begitu terbiasanya sebagian manusia dengan dosa, membuat mereka meremehkan dosa dan secara berulang melakukannya bahkan terhadap dosa besar sekalipun. Mereka melakukannya dengan senang hati bahkan bangga dan mempertontonkannya tanpa rasa malu dan merasa bersalah. Parahnya mereka jadi kecanduan melakukan dosa yang sama tanpa upaya untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Ada banyak dosa besar yang sering dilakukan manusia dan mereka tidak menyadari bahwa yang dilakukannya sebenarnya adalah dosa besar.
1. Riya (pamer amal)
Riya’ adalah melakukan perbuatan baik dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari selain Allah, meskipun riya’ termasuk dalam kelompok syirik kecil namun dosa ini tergolong dalam Syirik dan syirik (menyekutukan Allah) adalah bagian dari dosa besar.
(يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا (١٤٢
Artinya : “….. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa : 142)
Secara tegas Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:
”Sesungguhnya yang paling aku takuti terhadap kalian adalah syirik yang paling kecil: riya.”
Tekhnologi informasi yang semakin berkembang membuat manusia dapat melakukan dosa ini secara langsung meskipun tidak ada orang disekitarnya, seperti misalnya mengunggah perbuatan baik ke situs-situs media social dengan tujuan agar mendapat pujian. Memperlihatkan perbuatan baik dengan cara apapun bukanlah sesuatu yang salah, namun akan menjadi bermasalah ketika hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan pujian dari orang lain dan tidak untuk mendapatkan ridlo Allah
Fenomena pamer amal (riya’) sangat lazim dilakukan oleh manusia dan banyak dilakukan secara “online”. Yang harus diingat adalah bahwa riya’ termasuk dalam dosa syirik meskipun syirik kecil, mengenai dosa syirik Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya". (An Nisaa: 48)
Dan Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga." (Al Maidah: 72)
2. Merasa Aman dari Ancaman Allah swt.
Seperti telah disampaikan diatas, begitu terbiasanya seseorang dengan perbuatan dosa membuatnya terus melakukan dosa yang sama dan lupa menyadari bahwa ada sekian banyak ancaman dari Allah terhadap pelaku dosa. Dengan kasih sayang dari Allah, manusia tidak mendapat balasan kontan dari Allah atas dosa-dosa yang dilakukan dan mestinya hal ini disadari sebagai pesan tersirat dari Allah bahwa sebenarnya hal tersebut merupakan kesempatan yang diberikan oleh-Nya agar manusia bertaubat, meskipun tidak sedikit juga manusia yang mendapat balasan kontan dari Allah atas dosa-dosa yang diperbuatnya.
Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
"Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (Al A'raaf: 99)
Sebetulnya saat kita tidak merasa resah dengan dosa yang telah kita perbuat ada sesuatu yang harus segera diperbaiki yaitu keimanan kita, apalagi jika dosa tersebut termasuk dosa besar.
3. Meninggalkan Sholat Wajib
Kita tentu menyadari akan hal ini, berapa banyak orang-orang disekitar kita yang tidak mengerjakan sholat namun kita tidak melihat raut wajah penyesalan di wajah mereka. Kita juga melihat disekitar kita bahwa orang yang mengerjakan sholat dengan orang yang tidak mengerjakan sholat prosentasenya lebih besar orang yang tidak mengerjakan sholat, hal ini menggambarkan bahwa lebih banyak manusia menganggap urusan meninggalkan sholat adalah urusan sepele, bukan dosa besar dan tidak perlu disesali.
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui Al-Ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam: 59-60)
Ibnu Mas'ud menafsirkan kata ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam.
Sholat adalah hal pertama yang akan dihisab di Yaumul akhir kelak dan merupakan penentu diterima dan tidaknya amal seseorang, Meninggalkan sholat adalah masalah besar bagi setiap manusia karena sholat adalah PENENTU selamat dan tidaknya seseorang diakherat kelak dan meninggalkannya adalah dosa besar.
4. Memakan Riba
Inilah salah satu dosa besar yang dianggap sepele oleh masyarakat kita bahkan oleh kita sendiri, kita dikelilingi oleh system ini dan seolah-olah tidak dapat berpaling darinya. Hampir setiap segala sesuatu yang berhubungan dengan hutang piutang tidak terlepas dengan riba, perbankan, kredit pembelian rumah, kendaraan dan lain sebagainya.
Celakanya masyarakat kita sudah tergantung dengan system ini dan tidak familier dengan system keuangan non riba dan bahkan cenderung menolak system keuangan islami. Parahnya lagi masyarakat lebih siap dengan system keuangan ribawi daripada system keuangan Islami. Menggunakan system keuangan ribawi banyak dilakukan oleh saudara kita, orang tua kita bahkan oleh kita sendiri, celakanya hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan sepele dan saat melakukannya tidak ada perasaan berdosa sedikitpun.
Begitu terbiasanya dengan masalah riba ini hingga membuat seseorang tidak segan-segan menawar jumlah nilai riba menjadi lebih besar dan tidak menyadari bahwa yang dimakan adalah api neraka.
Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila". (Al Baqarah: 275)
5. Berbuat Zina
Tidak bisa dipungkiri, kita sering dipertontonkan dengan perilaku asusila ini, dimana pelakunya melakukan perbuatan zina dan mempertontonkan di media social tanpa ada perasaan berdosa dan malu sedikitpun.
"Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu". (Al Furqaan: 68-69)
Sistem pergaulan di masyarakat juga mengarah kepada hubungan bebas yang menjurus kepada perbuatan zina. Pacaran adalah bagian dari fenomena ini dan mewabah bahkan bukan hanya dikalangan muda-mudi yang sudah berumah tanggapun ikut larut di dalamnya. Siapa yang dapat menjamin seseorang yang berpacaran tidak terjerumus dalam perbuatan zina. Alat kontrasepsi dijual bebas tanpa batasan umur bagi penggunanya membuat perzinaan dikalangan muda-mudi semakin marak dan tak terkendali.
Pacaran yang menjurus kepada perzinaan dilakukan secara terang-terangan bahkan pelakunya bangga dan merasa ketinggalan jaman jika tidak melakukannya. Mereka menganggap perbuatan ini adalah perbuatan sepele, biasa-biasa saja dan tidak menganggapnya sebagai sebuah cara setan untuk membawanya ke dalam dosa besar.
6. Menuduh Wanita Baik-baik Berbuat Zina
Sudah menjadi kebiasaan di masyarakat, saat seseorang diberitakan melakukan sebuah kesalahan maka hal tersebut akan segera beredar luas, bahkan orang yang tidak tahu menahu ikut-ikutan menyebarkan berita tanpa melakukan klarifikasi dan mencari informasi yang sebenarnya. Berita tersebut akan lebih cepat tersebar jika dilakukan oleh public figure maka akan lebih banyak lagi yang “berpartisipasi” ikut menyebarkannya. Tak terlepas juga berita tentang perzinaan yang dilakukan oleh orang-orang yang selama ini memiliki reputasi yang baik ditengah-tengah masyarakat. Jika Anda ikut menyebarkan berita tersebut tanpa mengetahui yang sebenarnya atau menyaksikannya sendiri maka sebenarnya Anda telah terjerumus ke dalam dosa besar.
Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar". (An Nuur: 23)
Celakanya, lebih sering sang penyebar berita merasa bangga dan merasa tahu segalanya saat menyebarkan berita tersebut padahal dia tidak mengetahui berita yang sebenarnya dan hanya mendengar dari orang lain atau membaca berita di media online.
7. Memilih pemimpin non-Muslim
Pembantaian Muslim di Bosnia, Myanmar, Pattani dan tempat-tempat lainnya adalah gambaran jika Muslim dipimpin oleh Non Muslim. Muslim di Negara-negara tersebut tidak pernah menyangka sebelumya jika tetangga, sahabat karib bahkan saudaranya akan menjadi monster yang menakutkan dan membantai mereka. Jika mereka tidak membantai Muslim, maka mereka akan membatasi kebebasan Muslim dalam beribadah bahkan meskipun mereka mengakui bahwa beragama adalah merupakan Hak asasi yang mereka gembar-gemborkan.
Atas alasan tersebut, maka memilih pemimpin non-Muslim adalah termasuk dosa besar. Tidak ada jaminan jika Muslim dipimpin oleh non-Muslim maka kebebasan beribadah Umat Islam akan terjamin. Terdapat banyak ayat suci Al-Qur’an yang menegaskan tentang hal ini. Baca artikel sebelumnya:Inilah 18 Ayat Al-Qur’an Tentang Kenapa Muslim Harus Memilih Pemimpin Muslim
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN / PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?” (TQS. 4. An-Nisaa’ : 144.)
Kenyataan yang terjadi saat ini, banyak Muslim yang justru memilih orang Kafir sebagai pemimpin mereka dan meninggalkan orang Mukmin, bahkan mereka mati-matian memperjuangkan orang Kafir untuk menjadi pemimpin bagi mereka.
8. Sumpah Palsu
Untuk berbohong dan menutupi kesalahan banyak orang berlindung dengan sumpah meskipun sebenarnya dia benar-benar melakukannya. Sumpah demi Allah menjadi hal yang lumrah diucapkan untuk menutupi kesalahan dan melakukan kebohongan. Mereka tidak menyadari bahwa hal tersebut sebenarnya merupakan dosa besar yang harus ditinggalkan.
"Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih." (Ali Imraan: 77 )
Begitu besarnya dosa orang yang suka berbohong, hingga Rasulullah menyebutkan salah satu tanda-tanda orang Munafik adalah ketika orang suka melakukan kebohongan.
9. Meminum Khamar dan Berjudi
Hampir disetiap tempat kita temukan orang dengan bangga meminum minuman keras, tidak jarang kita mendengar sumpah serapah kebanggaan mereka setelah menghabiskan sekian botol minuman beralkohol.
"Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (Al-Ma'idah: 90)
Para pecandu minuman keras selalu mencari kesempatan untuk mengkonsumsi minuman haram ini, meskipun mereka mengetahui bahwa agama melarang untuk meminum khamr. Mereka menganggap sepele tentang dosa meminum minuman keras.
10. Ghibah
Ghibah adalah mencari-cari kesalahan orang lain dan kemudian membicarakannya, saat ini ghibah bukan hanya terjadi di sudut-sudut rumah yang dilakukan oleh ibu-ibu sebagai “kudapan” segar dalam acara ngerumpi. Ghibah saat ini sudah lebih canggih dan melibatkan ribuan bahkan jutaan orang melalui media social dan media online lainnya.
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu, memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang." – (QS. Al-Hujurat: 12)
Trend saat ini dimana banyak orang tidak dapat dipisahkan dengan gadget (ponsel) membuat mereka ikut larut dalam perbincangan ghibah bahkan ikut menyebarkannya. Memperbincangkan keburukan orang dan bahkan keburukan tersebut sebenarnya fitnah dan hoax marak dilakukan melalui media social saat ini, tanpa kita sadari kadang kita ikut didalamnya.
Tidak ada dosa kecil ketika dosa tersebut dilakukan secara berulang, kita berlindung kepada Allah dari berbagai perbuatan dosa baik dosa kecil maupun dosa besar
Wallahu a’lam
إرسال تعليق