Film The Da Vinci Code mungkin bukan sesuatu yang asing bagi Anda, film yang dirilis pada tanggal 19 Mei 2006 ini mengangkat cerita tentang seorang perempuan bernama Sophie Neveu yang ternyata dirinya adalah keturunan Yesus namun tidak disadarinya karena yang dia tahu bahwa Yesus tidaklah memiliki istri. Seperti pada judulnya ( The Da Vinci Code ) maka film ini banyak bercerita tentang cara Leonardo Da Vinci dalam mengungkap kebenaran melalui karya seni yang diciptakannya.
Menurut Dan Brown yang menulis novel yang kemudian difilmkan dengan judul yang sama ini, Lukisan Leonardo Da Vinci yang berjudul Perjamuan Terakhir ( The Last Supper ) adalah bukan sekedar lukisan namun memiliki arti yang sangat krusial berkaitan dengan keyakinan Leonardo Da Vinci bahwa sebenarnya Yesus mempunyai seorang istri yang bernama Magdalena.
Saat belum difilmkan novel The Da Vinci Code banyak mengundang kontroversi karena menceritakan bagaimana tiga orang ilmuwan mengupas lukisan karya Leonardo Da Vinci yang menohok keyakinan prinsip umat Kristiani. Salah satunya adalah seperti yang kita dengar selama ini bahwa Yesus tidaklah memiliki seorang Istri, namun dalam salah satu bagian dari novel ini diceritakan seorang ilmuwan Antagonis bernama Sir Leigh Teabing mengungkap kode tersembunyi dalam lukisan Jamuan Terakhir.
Teabing bukan hanya menyebutkan bahwa sebenarnya Yesus bukan hanya mempunyai istri namun juga memiliki keturunan yang masih ada hingga sekarang. Bagi Anda yang belum pernah membaca novelnya namun pernah melihat filmnya pasti akan terkejut dengan apa yang diungkapkan oleh Teabing. Salah satu dialog yang cukup mencengangkan adalah
• Konstantin mensponsori Alkitab
Raja Roma Konstantin menitahkan dan membiayai penyusunan sebuah alkitab baru, yang meniadakan semua ajaran yang berbicara tentang perilaku manusiawi Yesus, serta memasukkan ajaran yang membuatnya seakan Tuhan. Injil dan dokumen yang mencatat kehidupan Yesus sebagai manusia biasa dikumpulkan dan dibakar.
• “Yesus Tuhan” adalah hasil voting
Penetapan Yesus sebagai putra Tuhan bukanlah bersumber dari ajaran Yesus, melainkan dari hasil voting yang terjadi pada Konsili Nicaea. Penetapan ini tidak lepas dari kepentingan politik Konstantin. Gereja masa awal telah mencuri Yesus dari pengikut aslinya, dengan membajak pesan-pesan manusiawinya, mengaburkannya dalam jubah ketuhanan.
• Perempuan di Jamuan Terakhir
Tidak semua yang duduk di meja dalam Perjamuan Terakhir adalah laki-laki. Satu dari tiga belas orang dalam lukisan tersoho The Last Supper karya Leonardo Da Vinci adalah perempuan, yaitu Maria Magdalena. Maria duduk tepat di sisi kanan Yesus. Maria adalah sosok Yahudi ningrat dari klan Benjamin yang tidak lain adalah istri Yesus.
• Maria Pewaris Gereja
Pada Perjamuan Terakhir, Yesus telah menduga akan ditangkap dan disalib. Maka ia memberi Maria instruksi bagaimana melanjutkan Gerejanya. Yang diberi petunjuk adalah Maria, bukan Peter. Peter tidak puas karena dinomorduakan di bawah perempuan. Dalam lukisan Da Vinci, Peter mencondongkan tubuh ke arah Maria seolah mengancam.
Sophie Neveu keturunan Yesus diperankan oleh Audrey Tautou |
• Cawan Suci adalah Maria
Cawan suci adalah kiasan untuk Maria Magdalena, perempuan yang mewadahi darah Yesus, mengandung keturunan Yesus Kristus. Dalam diri Maria mengalir tiga kekuatan luar biasa. Kekuatan sebagai pengemban titak Yesus untuk mengembangkan ajarannya, kekuatan sebagai istri yang mengandung anak Yesus, dan kekuatan sebagai keturunan raja Yahudi. Gereja, untuk membela diri dari kekuatan Magdalena, mengabadikan profil Magdalena sebagai pelacur dan menguburkan bukti-bukti pernikahan Kristus dengan perempuan ini. Gereja menghancurkan segala kemungkinan Yesus kawin dan mempunyai keturunan.
• Anak cucu Yesus ada di Perancis
Maria Magdalena hamil saat penyaliban Yesus. Untuk keamanan Maria tidak punya pilihan lain kecuali melarikan diri dari Tanah Suci. Dengan bantuan paman Yesus yang bisa dipercaya, Josef dari Arimatea, ia diam-diam pergi ke Perancis. Disana ia melahirkan
anak perempuan bernama Sarah. Pada abad ke-5, keturunan Yesus menikah dengan bangsawan Perancis, menciptakan garis keturunan Merovingian. Klan inilah yang mendirikan kota Paris.
• Gereja menghabisi keturunan Yesus
Gereja terdahulu takut jika garis keturunan itu dibiarkan tumbuh, rahasia yang ditutup rapat akan terkuak, sehingga meruntuhkan doktrin fundamental Katolik. Di akhir abad ke-7 Vatikan bekerjasama dengan Pepin d’Heristal membunuh raja Perancis Dagobert. Pembunuhan Dagobert menyebabkan keturunan Merovingian hampir musnah. Namun putra Dagobert, Sigisbert, berhasil lolos dan melanjutkan garis keturunan Merovingian. Salah satu keturunannya adalah Godefroi de Bouillion.
• Biarawan Sion dan Ksatria Templar
Biarawan Sion didirikan tahun 1099 di Yerusalem oleh Raja Perancis Godefroi de Boullion, dengan misi menyelamatkan dan melindungi Holy Grail: dokumen rahasia tentang Maria Magdalena, keturunannya, dan ajaran Kristen sejati. Untuk kepentingan itu, dibentuklah Ksatria Templar. Dalam perkembangannya pengaruh Templar meluas di Eropa. Paus Clement V yang tidak suka dengan perkembangan ini bersiasat dengan Raja Perancis Philippe IV, untuk membubarkan templar dan merampas harta mereka. Paus mengeluarkan perintah rahasia dalam kertas bersegel yang hanya boleh dibuka oleh prajuritnya di seluruh Eropa pada hari Jumat, 13 Oktober 1307. Maka pada hari itu, ksatria-ksatria yang tak terhitung jumlahnya ditangkap, disiksa secara kejam, dan akhirnya dibakar di tiang pembakaran sebagai pelaku bidah. Hingga kini Jumat 13 dianggap hari sial
• Holy Grail
Karena represi Gereja, Biarawan Sion bergerak sebagai kelompok persaudaraan rahasia. Mereka terus menjaga kerahasiaan Holy Grail, dan mewariskan rahasia itu turun temurun hingga era modern kini, melalui rangkaian pesan tersembunyi dalam anagram dan simbol. Termasuk dalam kelompok Persaudaraan Sion adalah Sir Isaac Newton, Botticelli, Victor Hugo, dan Leonardo Da Vinci.
Diskusi tiga orang ilmuwan saat membahas misteri lukisan Leonardo Da Vinci "Jamuan Terakhir"
Dr Darrell L. Bock, professor Perjanjian Baru di Dallas Theological Seminary, tidak dapat menyembunyikan rasa geramnya, setelah membaca The Da Vinci Code. Katanya, “No longer is The Da Vinci Code a mere piece of fiction. It is a novel clothed in claims of historical truth, critical of institutions and beliefs held by millions of people around the world.” Jadi, kata professor ini, Da Vinci Code memang bukan sekadar novel fiksi biasa, tetapi sebuah novel yang diselubungi dengan klaim kebenaran historis dan kritik terhadap institusi dan kepercayaan agama Kristen.
Maka, Bock mengerahkan kemampuannya untuk menulis bantahan terhadap novel ini. Melalui bukunya, Breaking the Da Vinci Code (Nashville: Nelson Books, 2004). Bock melakukan kajian historis untuk mengkritik berbagai fakta sejarah yang disajikan Brown. Bock hanyalah satu dari puluhan teolog Kristen yang tersengat The Da Vinci Code. Di toko-toko buku internasional, kini berjejer puluhan buku yang menyanggah novel itu.
Posting Komentar