Salah satu pelaku teror di Perancis yang menggorok dan memvideokan Pastor Jacques Hamel selama misa diidentifikasi sebagai Adel Kermiche 19 tahun
Perancis kembali menerima terror untuk kedua kalinya di bulan ini, ketika dua orang menggorok leher seorang Pastor saat merayakan misa di gereja Normandia pada Selasa pagi.
Seorang biarawati yang menyaksikan pembunuhan itu menceritakan bagaimana Pendeta Jacques Hamel dipaksa berlutut sebelum dibunuh dan difilmkan. Pelaku kemudian berkhotbah dalam bahasa Arab di altar gereja tersebut. Mereka juga mencoba untuk memotong tenggorokan seorang jemaat lainnya.
Serangan mengerikan ini kembali terjadi kurang dari dua minggu setelah seorang pria Tunisia melaju dengan kecepatan tinggi dengan menggunakan truck container kea arah kerumunan masyarakat yang sedang merayakan hari Bastille di kota Riviera Nice beberapa waktu yang lalu, insiden teresbut menewaskan 84 orang dan melukai ratusan lainnya.
Serangan yang terjadi pada Selasa tersebut dikatakan oleh Presiden Perancis, François Hollande, sebagai aksi terorisme yang dilakukan oleh dua pengikut ISIS. Kedua pelaku kemudian ditembak mati oleh polisi saat mereka keluar dari gereja.
[caption id="attachment_5880" align="alignnone" width="620"] Salah satu pelaku teror di perancis diidentifikasi sebagai Adel Kermiche 19 tahun (sumber gambar; the guardian)[/caption]
Saat itu Suster Danielle berada di gereja yang terletak di Saint-Étienne-du-Rouvray, dekat Rouen, pada pukul 09:43 waktu setempat saat berlangsungnya misa pagi,dia dikejutkan dengan datangnya dua orang pelaku yang masuk ke dalam gereja dan mengambil lima sandera: seorang imam, dua biarawati dan dua jemaat paroki.
Korbannya adalah pendeta Hamei (85 tahun) yang dipaksa berlutut dan digorok lehernya oleh pelaku .
Suster Danielle mengatakan ia telah meninggalkan gereja saat para pelaku memotong tenggorokan Hamel. Penyidik mengatakan para penyerang juga mencoba untuk menggorok tenggorokan korban lainnya yang terluka parah antara hidup dan mati.
[caption id="attachment_5881" align="alignleft" width="300"] Pendeta Hamel Jackques[/caption]
Dia mengatakan kepada BFMTV, dua pelaku memfilmkan saat mereka menggorok leher sang pendeta. "Mereka tidak melihat saya pergi, karena mereka sedang sibuk dengan pisau mereka ... dan mereka sedang syuting. Mereka memfilmkan sendiri selayaknya orang yang sedang berkhotbah dalam bahasa Arab di depan altar. Itu horor. Jacques adalah seorang imam yang luar biasa. Dia adalah orang besar, Pastor Jacques. "
Polisi Prancis dan pasukan reaksi cepat, cepat datang ke tempat kejadian. Satu orang ditahan dalam serangan itu, kata kantor kejaksaan Paris.
Pada Selasa malam, Jaksa Paris, François Molins, mengatakan salah satu penyerang telah diidentifikasi sebagai Adel Kermiche, 19 tahun, yang telah mencoba beberapa kali untuk melakukan perjalanan ke Suriah menggunakan paspor anggota keluarga. Kerabat telah melaporkan hilangnya kepada pihak berwenang.
Kermiche menghilang pertama kali pada Maret 2015, dan ditangkap oleh otoritas Jerman saat mencoba pergi ke Suriah dengan menggunakan paspor saudaranya. Kemudian ia kembali ke Prancis, tapi diberi pembebasan bersyarat dan menunggu proses persidangan. Dia menghilang dua bulan kemudian dan mencoba masuk ke Suriah melalui Turki menggunakan paspor sepupunya. Adele dikirim kembali ke Perancis dan berada dalam pengawasan sejak bulan Mei 2015, tapi dibebaskan pada 18 Maret 2016 dengan persyaratan tertentu termasuk yang dilengkapi dengan penanda elektronik yang memungkinkan pihak berwenang untuk memantau gerak-geriknya, kemudian dia tinggal di rumah orang tuanya dan hanya pergi keluar rumah pada pukul 08:30-12:30.
Molins mengatakan kedua pelaku meneriakkan Allahu Akhbar saat mereka meninggalkan gereja sambil membawa tiga orang sandera. Seorang pelaku mengenakan sabuk bom bunuh diri palsu yang terbuat dari aluminium dan tiga pisau, yang lainnya membawa ransel agar terlihat seperti bom dan timer.
Molins mengatakan polisi telah mencoba untuk bernegosiasi dengan para pelaku, polisi telah mencoba memasuki gereja untuk mengakhiri pengepungan, namun dua orang telah menempatkan tiga sandera sebagai perisai manusia.
Hollande, yang berbicara setelah ia tiba di Saint-Étienne-du-Rouvray, menggambarkan insiden tersebut sebagai "serangan teroris keji" oleh dua pendukung ISIS. Kelompok, yang mengaku bertanggung jawab melalui kantor berita Amaq, "telah menyatakan perang terhadap kami," kata Hollande.
Pada Selasa sore, polisi melakukan penggerebekan di sebuah rumah di dekat gereja di mana salah satu penyerang dilaporkan tinggal bersama orang tuanya.
Pierre Henry Brandet, seorang juru bicara kementerian dalam negeri, mengatakan gereja dengan cepat dikelilingi oleh polisi Perancis anti-geng (Brigade de Recherche et d'Intervention, atau BRI) yang menembak para pelaku.
Sumber: the guardian
Perancis kembali menerima terror untuk kedua kalinya di bulan ini, ketika dua orang menggorok leher seorang Pastor saat merayakan misa di gereja Normandia pada Selasa pagi.
Seorang biarawati yang menyaksikan pembunuhan itu menceritakan bagaimana Pendeta Jacques Hamel dipaksa berlutut sebelum dibunuh dan difilmkan. Pelaku kemudian berkhotbah dalam bahasa Arab di altar gereja tersebut. Mereka juga mencoba untuk memotong tenggorokan seorang jemaat lainnya.
Serangan mengerikan ini kembali terjadi kurang dari dua minggu setelah seorang pria Tunisia melaju dengan kecepatan tinggi dengan menggunakan truck container kea arah kerumunan masyarakat yang sedang merayakan hari Bastille di kota Riviera Nice beberapa waktu yang lalu, insiden teresbut menewaskan 84 orang dan melukai ratusan lainnya.
Serangan yang terjadi pada Selasa tersebut dikatakan oleh Presiden Perancis, François Hollande, sebagai aksi terorisme yang dilakukan oleh dua pengikut ISIS. Kedua pelaku kemudian ditembak mati oleh polisi saat mereka keluar dari gereja.
[caption id="attachment_5880" align="alignnone" width="620"] Salah satu pelaku teror di perancis diidentifikasi sebagai Adel Kermiche 19 tahun (sumber gambar; the guardian)[/caption]
Saat itu Suster Danielle berada di gereja yang terletak di Saint-Étienne-du-Rouvray, dekat Rouen, pada pukul 09:43 waktu setempat saat berlangsungnya misa pagi,dia dikejutkan dengan datangnya dua orang pelaku yang masuk ke dalam gereja dan mengambil lima sandera: seorang imam, dua biarawati dan dua jemaat paroki.
Korbannya adalah pendeta Hamei (85 tahun) yang dipaksa berlutut dan digorok lehernya oleh pelaku .
Suster Danielle mengatakan ia telah meninggalkan gereja saat para pelaku memotong tenggorokan Hamel. Penyidik mengatakan para penyerang juga mencoba untuk menggorok tenggorokan korban lainnya yang terluka parah antara hidup dan mati.
[caption id="attachment_5881" align="alignleft" width="300"] Pendeta Hamel Jackques[/caption]
Dia mengatakan kepada BFMTV, dua pelaku memfilmkan saat mereka menggorok leher sang pendeta. "Mereka tidak melihat saya pergi, karena mereka sedang sibuk dengan pisau mereka ... dan mereka sedang syuting. Mereka memfilmkan sendiri selayaknya orang yang sedang berkhotbah dalam bahasa Arab di depan altar. Itu horor. Jacques adalah seorang imam yang luar biasa. Dia adalah orang besar, Pastor Jacques. "
Polisi Prancis dan pasukan reaksi cepat, cepat datang ke tempat kejadian. Satu orang ditahan dalam serangan itu, kata kantor kejaksaan Paris.
Pada Selasa malam, Jaksa Paris, François Molins, mengatakan salah satu penyerang telah diidentifikasi sebagai Adel Kermiche, 19 tahun, yang telah mencoba beberapa kali untuk melakukan perjalanan ke Suriah menggunakan paspor anggota keluarga. Kerabat telah melaporkan hilangnya kepada pihak berwenang.
Kermiche menghilang pertama kali pada Maret 2015, dan ditangkap oleh otoritas Jerman saat mencoba pergi ke Suriah dengan menggunakan paspor saudaranya. Kemudian ia kembali ke Prancis, tapi diberi pembebasan bersyarat dan menunggu proses persidangan. Dia menghilang dua bulan kemudian dan mencoba masuk ke Suriah melalui Turki menggunakan paspor sepupunya. Adele dikirim kembali ke Perancis dan berada dalam pengawasan sejak bulan Mei 2015, tapi dibebaskan pada 18 Maret 2016 dengan persyaratan tertentu termasuk yang dilengkapi dengan penanda elektronik yang memungkinkan pihak berwenang untuk memantau gerak-geriknya, kemudian dia tinggal di rumah orang tuanya dan hanya pergi keluar rumah pada pukul 08:30-12:30.
Molins mengatakan kedua pelaku meneriakkan Allahu Akhbar saat mereka meninggalkan gereja sambil membawa tiga orang sandera. Seorang pelaku mengenakan sabuk bom bunuh diri palsu yang terbuat dari aluminium dan tiga pisau, yang lainnya membawa ransel agar terlihat seperti bom dan timer.
Molins mengatakan polisi telah mencoba untuk bernegosiasi dengan para pelaku, polisi telah mencoba memasuki gereja untuk mengakhiri pengepungan, namun dua orang telah menempatkan tiga sandera sebagai perisai manusia.
Hollande, yang berbicara setelah ia tiba di Saint-Étienne-du-Rouvray, menggambarkan insiden tersebut sebagai "serangan teroris keji" oleh dua pendukung ISIS. Kelompok, yang mengaku bertanggung jawab melalui kantor berita Amaq, "telah menyatakan perang terhadap kami," kata Hollande.
Pada Selasa sore, polisi melakukan penggerebekan di sebuah rumah di dekat gereja di mana salah satu penyerang dilaporkan tinggal bersama orang tuanya.
Pierre Henry Brandet, seorang juru bicara kementerian dalam negeri, mengatakan gereja dengan cepat dikelilingi oleh polisi Perancis anti-geng (Brigade de Recherche et d'Intervention, atau BRI) yang menembak para pelaku.
Sumber: the guardian
Posting Komentar