Sebagian dari kita mungkin menganggap bahwa kisah Drakula adalah merupakan cerita fiktif yang hanya merupakan rekayasa imajinasi dari sang Pencetus tokoh Drakula ini. Hal tersebut adalah anggapan yang salah, kisah Drakula dimulai pada tahun 1897 oleh seorang Novelis bernama Bram Stoker yang menceritakan tentang makhluk penghisap darah yang menjadi teror sangat menakutkan dan terinspirasi oleh perangai bengis seorang Pangeran asal Wallachia yang hidup pada tahun 1431 - 1476
Asal Muasal Kisah Drakula
Kisah Drakula ini dimulai Pangeran Vlad III mempunyai kebiasaan menyiksa musuh-musuhnya dengan cara menyula tahanannya yaitu dengan cara menusukkan batang kayu sebesar lengan orang dewasa yang dibuat runcing pada ujungnya ke dzubur tahanan hingga tembus ke mulut dan menancapkan kayu tersebut ke tanah. Jumlah tahanan yang disula oleh Pangeran Vlad III konon mencapai puluhan ribu orang.
Novel karangan Bram Stoker yang bejudul Dracula tersebut telah menginspirasi kisah- kisah Drakula selanjutnya tentang Dracula seperti yang sering kita lihat saat ini. Anda dapat membaca novel tersebut dalam bagian lain dari tulisan ini yang saya kutip dari Novel Dracula dan sudah saya terjemahkan dalam versi Google Translate karena keterbatasan waktu saya untuk melakukan editing kepada bahasa Indonesia yang lebih mudah dipahami, namun isi terjemahan tersebut sangat mudah difahami sehingga siapapun yang membacanya akan mudah mengikuti alur ceritanya. Walaupun novel tersebut tidak menggambarkan cerita yang sebenarnya dari kisah Drakula , namun dari novel inilah asal-muasal kisah Drakula berawal.
Seperti yang saya katakan diatas, bahwa kisah Drakula memang benar-benar nyata dan pernah hidup dijamannya, walaupun kisah Draula sebenarnya tidak seperti yang kita lihat saat ini baik dalam film atau dalam novel yang beredar di masyarakat, namun memang dari tokoh inilah kisah Dracula berasal. Kisah perjalanan hidupnya juga tidak bisa terlepas dari sejarah Islam yaitu sejarah Kesultan Ottoman Turki.
Vlad III, Pangeran Wallachia ( 1431 – Desember 1476), dikenal sebagai Vlad Ţepeş (Romanian: Vlad Țepeș diucapkan [ˈvlad ˈt͡sepeʃ] atau Dracula (dalam Bahasa Indonesia seringkali diubah menjadi Drakula), adalah pangeran Wallachia yang berkuasa pada tahun 1448, lalu pada 1456 hingga 1462 dan pada tahun 1476.
Dalam sejarah, Vlad terkenal akan perlawanannya terhadap ekspansi Kesultanan Utsmaniyah dan hukuman kejam yang ia berlakukan pada musuh-musuhnya. Vlad III terkenal karena menginspirasi nama karakter vampir pada novel Bram Stoker tahun 1897, Drakula.
Nama
[caption id="" align="alignright" width="268"] Simbol Ordo Naga[/caption]
Nama balakangnya Drăculea (juga disebut "Drakulya"), berdasarkan beberapa dokumen, berarti "anak sang naga", karena ayahnya, Vlad II Dracul, yang menerima julukan tersebut karena ia telah bergabung dengan Ordo Naga (Order of the Dragon). Dracul, berasal dari bahasa Latin Draco, berarti "dragon", adalah berasal dari kata dalam bahasa Yunani Δράκων (Dracon). Dalam bahasa Rumania, Drac berarti "iblis".
Julukan berikutnya, "Țepeș" ("Penyula") berasal dari kegemarannya menghukum orang dengan cara disula. Dalam bahasa Turki Ottoman, ia dikenal dengan nama "Kazıklı Voyvoda" yang berarti "Pangeran Penyula".
Selama hidupnya, ia menuliskan namanya pada setiap dokumen dengan nama Wladislaus Dragwlya atau Drakwlya.
Masa muda
Vlad lahir di Sighișoara (Hungaria: Segesvár), Transylvania (bagian dari kerajaan Hungaria), pada musim dingin tahun 1431 dari Vlad II Dracul, dan merupakan cucu dari Mircea the Elder. Ibunya diyakini merupakan istri kedua dari ayahnya, Putri Cneajna dari Moldavia, anak sulung dari Alexandru cel Bun. Dia memiliki dua kakak tiri, Mircea II dan Vlad Călugărul, dan adik tiri, Radu cel Frumos.
Pada saat dia lahir, ayahnya yang mendapat julukan the Dragon (bahasa Rumania: Dracul) sedang dalam perjalanan ke Nuremberg untuk kepentingan Ordo Naga. Pada saat berumur lima tahun, Vlad diterima menjadi anggora Ordo.
[caption id="" align="aligncenter" width="640"] Kota Sighisora Tempat Lahir Pangeran Vlad III[/caption]
Vlad dan Radu menghabiskan waktu kecilnya di Sighișoara dalam didikan ibunya dan istri ayahnya yang lain. Pasa masa awal kekuasaan ayahnya, ayahnya mengajak anak-anaknya ke Târgoviște, ibukota Wallachia pada saat itu.
Menurut ahli sejarah, di Târgoviște, anak-anak Vlad II Dracul dididik oleh guru-guru Roman atau Yunani dari Konstantinopel. Vlad diyakini mempelajari keahlian bertempur, geografi, matematika, sains, bahasa (Bulgaria Tua, Jerman, Latin), dan seni klasik serta filosofi.
Hidup di Edirne, Turki
Pada tahun 1436, Vlad II Dracul turun tahta, kemudian digulingkan pada 1442 oleh faksi saingannya, namun dijamin oleh kesultanan Ottoman dengan syarat membayar upeti kepada Sultan dan juga mengirim kedua anaknya yang sah, Vlad III dan Radu, ke pengadilan Ottoman, untuk dididik agar menjadi lebih baik dan juga dijadikan sebagai sandera.
Vlad III dipenjara dan selalu dicambuk dan dipukul karena ucapannya yang kasar kepada pada instrukturnya dan wataknya yang keras kepala. Adiknya, Radu lebih mudah untuk dikendalikan. Radu kemudian memeluk agama Islam, dan melayani anak Sultan Murad II, Mehmed II (kemudian dikenal dengan nama Al Fatih atau "sang Penakluk"), dan diperkenankan masuk ke dalam pergaulan kesultanan Ottoman dan menyandang gelar Bey.
Hal ini diduga kuat menjadi dasar mengapa Vlad begitu bencinya dengan Ottoman, Janissary (pasukan elit kesultanan Ottoman), adiknya Radu yang memeluk agama Islam dan pangeran Ottoman Mehmed II (yang di kemudian hari menjadi sultan). Vlad juga iri dengan preferensi ayahnya kepada kakak tirinya Mircea II dan Vlad Călugărul. Vlad juga tidak lagi mempercayai kerajaan Hungaria dan ayahnya sendiri yang menurutnya tega menukarkan dirinya dengan kesultanan Ottoman dan mulai mengkhianati sumpahnya pada Ordo Naga dengan melawan kepada kesultanan Ottoman.
Kembali ke Wallachia
Vlad akhirnya dilepaskan dengan berbagai persyaratan dan mulai belajar ilmu logika, Alquran dan bahasa Turki serta bahasa Persia, sehingga Vlad dapat berbahasa Turki dan Persia dengan baik di kemudian hari. Vlad dan adiknya kemudian belajar keterampilan bertempur dan mengendarai kuda. Ayahnya, Vlad Dracul, kemudian kembali ke Wallachia dengan dukungan kesultanan Ottoman dan merebut tahta dari Basarab II dan para bangsawan yang tidak loyal kepadanya.
Namun belakangan diketahui kesediaannya belajar Islam, Al-qur'an serta Bahasa Turki dan Persia adalah hanya cara dia agar mempermudah baginya untuk mempelajari strategi perang dari para Bangsawan Turki Ottoman dan terbukti setelah itu dia melawan Kesultanan Turki Ottoman
Pada bulan Desember 1447, para bangsawan yang didukung oleh pejabat kerajaan Hungaria, Janos Hunyadi memberontak kepada Vlad Dracul, dan dibunuh di dekan Bălteni. Mircea, kakak tiri tertua Vlad menjadi buta dan dikubur hidup-hidup di Târgoviște.
Untuk melindungi Wallachia dari kejatuhan kepada kerajaan Hongaria, kesultanan Ottoman menyerang Wallachia dan mendukung Vlad III untuk naik tahta. Ini mengakibatkan Hunyadi menyerang kembali Wallachia dan berusaha menempatkan sekutunya Vladislav II, dari klan Dănești untuk naik tahta
Vlad lalu pergi ke Moldavia dan mendapatkan perlindungan dari pamannya, Bogdan II. Pada tahun 1451, Bogdan dibunuh dan Vlad pergi ke kerajaan Hongaria.
Terkesan dengan pengalaman Vlad yang pernah berada di kesultanan Ottoman, Hunyadi kemudian mempersatukan kekuatannya dengan Vlad dan menjadikan Vlad sebagai penasehatnya.Pada tahun 1453, tentara kesultanan Ottoman Mehmed II merebut Konstantinople setelah pertempuran panjang, mengakibatkan berakhirnya kekuasaan Kristen di timur Mediterrania.
Pada tahun 1456, tiga tahun setelah penaklukan Konstantinopel, Ottoman merebut Hongaria dengan merebut Beograd. Hunyadi mulai terkonsentrasi dengan penyerangan di Serbia, sementara Vlad dan pengikutnya berangkat ke Wallachia, membebaskan tanah airnya dan membunuh Vladislav II dengan pertarungan satu lawan satu.
Masa pemerintahan
Hal pertama yang Dracula lakukan sebagai penguasa adalah melakukan reformasi dengan cara menyula (impale). Sula sendiri adalah metode pembunuhan dengan cara menusukkan tiang pancang sebesar lengan orang dewasa ke bagian dubur korbannya dan mendirikan pancang tersebut. Orang-orang pertama yang menjadi korbannya adalah para bangsawan di Wallachia.
Sebelum kedatangan Dracula, para bangsawan itu adalah penguasa Wallachia. Penguasa takhta Wallachia hanyalah boneka belaka. Setelah pembunuhan para bangsawan serta keluarganya, Dracula membagikan tanah-tanah bangsawan kepada petani kecil yang setia padanya. Para bangsawan yang selamat segera melarikan diri atau bungkam setelah kejadian itu. Ia kemudian dikenal dengan nama Vlad Ţepeş atau Vlad Sang Penyula.
[caption id="" align="aligncenter" width="640"] Begini cara Pangeran Vlad III menyiksa para musuhnya dengan menyula mereka yaitu menusukkan kayu sebesar lengan orang dewasa melalui dzubur hingga tembus sampai mulutnya.[/caption]
Semenjak itu ia memperketat semua peraturan di Wallachia untuk menjamin pemerintahannya. Ia memberlakukan hukuman berat bagi pelaku kejahatan, ini tentunya membuat Wallachia menjadi daerah yang aman karena orang-orang takut akan hukuman-hukuman berat tesebut.
Benteng Poenari
Dracula memusatkan semua pemerintahannya di Benteng Poenari. Benteng ini dibangun dari keringat para pangeran dan keluarganya yang ditawan pada hari Paskah. Hari itu semua dipaksa untuk mengerjakan pekerjaan kasar membangun kastil setelah diberi jamuan besar-besaran. Beberapa pangeran yang melawan ditangkap dan disula di tempat.
Benteng ini akhirnya dikepung oleh Radu yang menyerang atas perintah Sultan Mehmed II. Radu adalah panglima perang sekaligus anggota dari kesatuan Yanisari, orde yang dibentuk untuk menandingi Orde Naga (Dracul).
[caption id="" align="alignleft" width="360"] Lorong Tempat Pangeran Vlad III Melarikan diri[/caption]
Malam sebelum penyerangan, seorang hamba Dracula yang dikirim bersamanya ke Turki dan saat itu melayani Radu, memanahkan pesan agar tuannya kabur. Istri Dracula yang menerimanya. Istrinya segera memberitahu agar Dracula segera melarikan diri. Dracula menolak dan bersikeras bertahan.
Istrinya tidak mau menjadi tahanan perang maka ia melompat dari kamar tidurnya dan jatuh di anak Sungai Arges. Sekarang sungai itu diberi nama Sungai Permaisuri (Răul Doamnei). Ternyata diketahui setelahnya bahwa saat istrinya melompat bunuh diri, Dracula justru melarikan diri lewat lorong rahasia.
Masa Pengasingan
Dari benteng Poenari, Dracula melarikan diri ke arah barat menuju daerah Brasov. Ia segera menemui raja Hongaria yang baru yaitu Matthias Corvinus. Sesampainya disana ia bukannya dijamu malahan dijadikan tawanan. Ia ditempatkan sebagai tahanan di Istana Visegard. Disini kebiasaannya menyiksa binatang kecil kembali kambuh.
Penjaga Istana Visegard enggan bertemu jika tidak mempunyai keperluan.
Untuk memuaskan keluarga kerajaan Dracula masuk agama Katolik. Ia pun dipindahkan ke vila di areal kerajaan. Disana ia bertemu Ilona Szilagy, seorang perempuan kemenakan Raja Matthias. Setelah resmi menikah ia mengabdi pada Raja Matthias selama 13 tahun. Pada bulan Juli 1375 M ia kembali menyerang Wallachia dengan bantuan Pangeran Stephen Bathory dari Transilvania dan Pangeran Stephen The Great dari Moldavia, memasuki masa pemerintahan kedua. Saat itu pula Randu, saudaranya telah meninggal karena terkena penyakit syphilis. Pemerintahan di Wallachia dipegang oleh Basarab, seorang anggota dinasti Danesti.
Masa pemerintahan kedua
Masa pemerintahan kedua ini hanya berlangsung satu tahun karena setelah berhasil Stephen meninggalkan Dracula, mengurangi banyak dari total pasukan yang menggempur Wallachia.Ia banyak menghabiskan waktunya di Gereja Snagov. Sehari-hari ia hanya mengikuti misa dan berbincang dengan kepala biara. Ia pun sempat bertanya apakah dosanya dapat diampuni. Ia pun berpesan agar dikuburkan di gereja itu.Kali ini kekejamannya hampir hilang sama sekali. Ia hanya merenung dan memikirkan segala yang telah ia lakukan.
Kematian
Di saat kekuasaan Dracula mulai memudar, Perang Salib justru sedang berkobar. Sultan Mehmed II memimpin pasukan Turki Utsmaniyah menggempur Eropa Barat. Dracula ditugaskan untuk menyambut pasukan musuh. Kali ini Dracula meninggalkan Wallachia dengan menitipkan anak dan istrinya di Transilvania. Kepergiannya tidak mendapat dukungan rakyat. Rakyat seolah tak peduli ada peperangan di luar sana.
Ia pun memimpin pasukan yang terhitung kecil ke Danau Snagov yang akhirnya berhadapan dengan musuh. Pada bulan Desember tahun 1476 akhirnya ia meninggal dunia dalam perang itu.
Legenda Kematian Dracula
Dracula punya banyak musuh. Itulah yang mendasari sebuah legenda bahwa ia dibunuh oleh prajuritnya sendiri.Konon di antara prajurit-prajuritnya terdapat pembunuh bayaran dari lawan-lawan Dracula. Musuhnya pun mencari celah agar dapat membunuh Dracula di saat lengah.
Versi lain mengatakan bahwa ia dibunuh seorang prajurit Turki Utsmaniyah yang menyamar sebagai pelayan. Sultan Mehmed II telah membentuk unit khusus bernama Yanisari yang tujuan utamanya adalah membunuh Dracula. Pada saat menjelang kematiannya, salah seorang Yanisari berhasil menyusup dan membunuh Dracula di saat sedang istirahat.
Ia pun konon meninggal terbunuh oleh prajuritnya sendiri karena berpakaian seperti prajurit Turki Utsmaniyah. Padahal Dracula menyamar untuk memasuki pertahanan musuh. Bagaimanapun terbunuhnya Dracula, semua mengarah pada satu akhir. Kepalanya dipenggal dan dibawa ke Konstantinopel sebagai bukti, lalu dibuang ke sungai. Mayat Dracula yang tak berkepala akhirnya ditemukan di tepian Danau Snagov oleh biarawan Snagov. Mereka membawanya ke Gereja Snagov sesuai permintaannya.
Sang Vampir
Vlad III tak ayal identik dengan hasil karya literatur vampir berjudul Dracula oleh pengarang Irlandia, Bram Stoker Banyak yang berspekulasi tentang mengapa Bram Stoker memilih nama Dracula sebagai peran antagonis di novelnya yang berisi tentang kisah drakula . Ada yang mengatakan bahwa itu semua adalah cara dunia barat mengaburkan kekejamannya kepada korban-korbannya. Pada sebuah penelian oleh Raymond McNally dan Radu Florescu dari Boston College di Massachusetts berjudul "In Search of Dracula" menyatakan bahwa Dracula didasarkan dari karakter kejam Vlad III. Tapi pada sebuah penelitian ilmiah terkini oleh Professor Elizabeth Miller dari Universitas Newfoundland di Kanada semua terjawab lewat catatan-catatan Bram Stoker, yang kemudian menjadi inspirasinya dalam membuat kisah .
Pada penelitian itu Professor Miller mengumpulkan semua catatan selama hidup Bram Stoker dan menemukan fakta bahwa Bram Stoker menemukan nama Dracula dari buku William Wilkerson berjudul An Account of the Principalities of Wallachia and Moldavia.
Pada catatan itu ditemukan bahwa Bram Stoker meminjam buku itu dari Perpustakaan Whitby di Inggris Utara. Kontras dengan pandangan tentang pengaburan kekejamannya, Bram Stoker sama sekali tidak tahu-menahu tentang kekejaman Vlad III. Dracula sendiri selama hidupnya tidak pernah meminum darah layaknya vampir. Bahkan musuh bebuyutannya Kesultanan Utsmaniyah pun tidak pernah menyebut Dracula sebagai makhluk penghisap darah tersebut.
Penelitian terakhir menyebutkan bahwa Vlad III menderita penyakit Porfiria, sehingga ia selalu menghindar dari sinar Matahari atau sinar Ultraviolet, serta memiliki kelainan pada kulitnya yang pucat, itulah kenapa dalam kisah drakula selalu dikisahkan bahwa manusia penghisap darah ini akan hancur tubuhnya jika terkena sinar matahari.
Vlad di mata dunia
Rumania
Bagi rakyat Dracula adalah seorang pahlawan nasional. Ini terjadi karena usahanya menjaga Wallachia dari serangan musuh Kesultanan Utsmaniyah. Bahkan kekejamannya pada para bangsawan adalah cara Dracula menstabilitasi negara dan menggulingkan kekuasaan bangsawan itu kepada rakyat kecil.
Pada sebuah cerita tentang Piala Emas Dracula, ia menaruh sebuah piala emas di tengah kota untuk menjaga kejujuran rakyatnya. Piala itu berisi air dimana semua orang boleh meminumnya tapi tidak boleh memindahkan dan membawa piala tersebut. Ini adalah cara Dracula mengajarkan kejujuran rakyatnya yang dipandang bijaksana oleh rakyat Rumania.
Jerman dan Eropa Barat
Di Jerman dan negara Eropa Barat lainnya Dracula dipandang sebagai tirani berdarah dingin. Konon ia menyula lebih dari 500 pedagang Jerman dalam sebuah penyerangan di Transilvania. Hal ini membuat orang Jerman dan Eropa Barat saat itu membenci kekejaman Dracula.
Kesultanan Utsmaniyah atau Turki
Sebagai musuh utama Dracula, Kesultanan Utsmaniyah tentu membenci Dracula. Ia pernah membantai prajurit Kesultanan Utsmaniyah di Tirgoviste, membakar pemuda pelajar Turki di Wallachia, memaku topi utusan Kesultanan Utsmaniyah yang lupa melepas topi, menyula 30.000 pedagang Turki.
Posting Komentar