Diagnosis terhadap penyakit meningitis sangat tidak mudah karena gejala tidak selalu terlihat jelas dan mungkin sering membuat orang bingung dengan kondisi lainnya seperti penyakit flu misalnya. Namun, ketika kemudian terlihat tanda-tanda yang tidak biasa atau gejala yang tidak mereda dalam jangka waktu tertentu, segera konsultasikan dengan dokter Anda. Penyakit ini tidak boleh dianggap enteng hingga dokter membuat diagnosis dan menyimpilkan tidak ada meningitis dalam tubuh Anda.
Apabila seseorang dicurigai mengalami meningitis, pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat adanya peradangan (misalnya C-reactive protein, perhitungan darah lengkap), serta kultur darahs. Pemeriksaan yang paling penting untuk mengidentifikasikan atau menyingkirkan adanya meningitis adalah analisis likuor serebrospinalis melalui punksi lumbal (LP, spinal tap). Namun, punksi lumbal tidak dianjurkan bila terdapat massa di dalam otak (tumor atau abses) atau tekanan intrakranial (TIK) yang meningkat, karena bisa menyebabkan herniasi otak. Bila seseorang berisiko karena adanya massa di dalam otak atau peningkataan TIK (cedera kepala baru, gangguan sistem kekebalan tubuh yang sudah diketahui, tanda neurologis lokal, atau bukti peningkatan TIK berdasarkan pemeriksaan).
darah pasien diambil dari pembuluh darah yang kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa terhadap kemungkinan terdapatnya bakteri. Selain itu, stain Gram dapat ditambahkan ke sampel darah dan akan diperiksa dengan menggunakan mikroskop.
CT scan dan sinar-X yang dilakukan pada kepala, rongga sinus, dan dada dilakukan untuk mengetahui tentang kemungkinan terjadinya peradangan dan pembengkakan.
adalah sebuah cara lain yang digunakan untuk mendiagnosa meningitis. Sederhananya, pungsi lumbal adalah prosedur di mana cairan serebrospinal (CSF) diekstrak dari dasar sumsum tulang belakang. Cairan ini kemudian dikirim untuk tes dan di analisis. Terdapatnya sejumlah besar sel darah putih dan protein, serta kadar glukosa rendah dalam CSF adalah indikasi dari meningitis.
adalah uapaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinalis, mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal, menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal, dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinal terutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630).
Jika meningitis ternyata disebabkan oleh penyakit lain seperti kanker dan lain sebagainya, mungkin akan dilakukan test tambahan untuk memvalidasi hasil analisa.
Pengobatan meningitis tergantung pada jenis dan tingkat keparahan infeksi. Pengobatan meningitis bakteri berbeda dengan pengobatan meningitis viral
Dalam kebanyakan kasus, pasien akan dirawat di rumah sakit.
Dokter akan memberikan obat antibiotik spektrum luas sampai penyebab sebenarnya dari infeksi dapat dipastikan. Setelah penyebab meningitis dikonfirmasi, dokter akan segera memberikan antibiotik intravena, atau obat-obatan seperti kortison sehingga memungkinkan pasien cepat sembuh dan untuk mengurangi risiko komplikasi lebih lanjut.
Kadang-kadang, dokter juga akan merekomendasikan intervensi bedah; seperti dalam kasus sinusitis atau akumulasi cairan yang menginfeksi antara tengkorak dan selaput otak.
Gejala meningitis viral parah akan memerlukan rawat inap. Yang kemudian diikuti dengan perlakuan yang sama seperti yang diberikan dalam kasus meningitis bacterial, yaitu dengan pemberian antibiotik.
Pasien yang didiagnosis dengan meningitis viral ringan tidak memerlukan pengobatan meningitis lebih lanjut. Dokter akan merekomendasikan agar pasien banyak istirahat, obat penghilang rasa sakit ringan untuk meringankan sakit kepala dan obat anti-muntah untuk mengontrol muntah mungkin akan diberikan.
Home remedy dapat dilakukan dengan mengurangi demam dengan cara menggunakan kompres, dan memastikan bahwa pasien mengkonsumsi cairan yang cukup dan tetap menjaga kesehatan.
Penanganan terkait dengan pengobatan meningitis fungal cenderung memiliki efek samping yang keras, oleh karena itu biasanya ditahan hingga hasil laboratorium dapat mengkonfirmasikan diagnosis yang dilakukan.
Apabila seseorang dicurigai mengalami meningitis, pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat adanya peradangan (misalnya C-reactive protein, perhitungan darah lengkap), serta kultur darahs. Pemeriksaan yang paling penting untuk mengidentifikasikan atau menyingkirkan adanya meningitis adalah analisis likuor serebrospinalis melalui punksi lumbal (LP, spinal tap). Namun, punksi lumbal tidak dianjurkan bila terdapat massa di dalam otak (tumor atau abses) atau tekanan intrakranial (TIK) yang meningkat, karena bisa menyebabkan herniasi otak. Bila seseorang berisiko karena adanya massa di dalam otak atau peningkataan TIK (cedera kepala baru, gangguan sistem kekebalan tubuh yang sudah diketahui, tanda neurologis lokal, atau bukti peningkatan TIK berdasarkan pemeriksaan).
Tes diagnostik untuk meningitis meliputi hal-hal sebagai berikut:
Kultur darah:
darah pasien diambil dari pembuluh darah yang kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa terhadap kemungkinan terdapatnya bakteri. Selain itu, stain Gram dapat ditambahkan ke sampel darah dan akan diperiksa dengan menggunakan mikroskop.
Pencitraan:
CT scan dan sinar-X yang dilakukan pada kepala, rongga sinus, dan dada dilakukan untuk mengetahui tentang kemungkinan terjadinya peradangan dan pembengkakan.
Spinal Tap (juga dikenal sebagai pungsi lumbal):
adalah sebuah cara lain yang digunakan untuk mendiagnosa meningitis. Sederhananya, pungsi lumbal adalah prosedur di mana cairan serebrospinal (CSF) diekstrak dari dasar sumsum tulang belakang. Cairan ini kemudian dikirim untuk tes dan di analisis. Terdapatnya sejumlah besar sel darah putih dan protein, serta kadar glukosa rendah dalam CSF adalah indikasi dari meningitis.
Lumbar puncture (lumbal fungsi)
adalah uapaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinalis, mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal, menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal, dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinal terutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630).
Jika meningitis ternyata disebabkan oleh penyakit lain seperti kanker dan lain sebagainya, mungkin akan dilakukan test tambahan untuk memvalidasi hasil analisa.
Pengobatan Meningitis
Pengobatan meningitis tergantung pada jenis dan tingkat keparahan infeksi. Pengobatan meningitis bakteri berbeda dengan pengobatan meningitis viral
Pengobatan Meningitis Bakterial:
Dalam kebanyakan kasus, pasien akan dirawat di rumah sakit.
Dokter akan memberikan obat antibiotik spektrum luas sampai penyebab sebenarnya dari infeksi dapat dipastikan. Setelah penyebab meningitis dikonfirmasi, dokter akan segera memberikan antibiotik intravena, atau obat-obatan seperti kortison sehingga memungkinkan pasien cepat sembuh dan untuk mengurangi risiko komplikasi lebih lanjut.
Kadang-kadang, dokter juga akan merekomendasikan intervensi bedah; seperti dalam kasus sinusitis atau akumulasi cairan yang menginfeksi antara tengkorak dan selaput otak.
Pengobatan Meningitis Viral:
Gejala meningitis viral parah akan memerlukan rawat inap. Yang kemudian diikuti dengan perlakuan yang sama seperti yang diberikan dalam kasus meningitis bacterial, yaitu dengan pemberian antibiotik.
Pasien yang didiagnosis dengan meningitis viral ringan tidak memerlukan pengobatan meningitis lebih lanjut. Dokter akan merekomendasikan agar pasien banyak istirahat, obat penghilang rasa sakit ringan untuk meringankan sakit kepala dan obat anti-muntah untuk mengontrol muntah mungkin akan diberikan.
Home remedy dapat dilakukan dengan mengurangi demam dengan cara menggunakan kompres, dan memastikan bahwa pasien mengkonsumsi cairan yang cukup dan tetap menjaga kesehatan.
Pengobatan Meningitis fungal:
Penanganan terkait dengan pengobatan meningitis fungal cenderung memiliki efek samping yang keras, oleh karena itu biasanya ditahan hingga hasil laboratorium dapat mengkonfirmasikan diagnosis yang dilakukan.
Posting Komentar