Beberapa hari lagi kita akan memperingati hari kemerdekaan yang ke 69, cerita kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari keterlibatan Jepang didalamnya. Hancurnya Nagashaki dan Hirosima menjadi awal kekalahan Jepang yang juga merupakan awal kemerdekaan Indonesia.Sebelum negara Sakura ini di bombardir oleh Amerika dengan dua bom nuklir yang dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima, ternyata sebelum kejadian itu pasukan Jepang prnah mengalami peristiwa yang tidak kalah mengerikan, dimana hampir 1000 orang pasukan di mangsa oleh Buaya hanya dalam waktu beberapa hari.
Dalam catatan sejarah Perang Dunia kami, ada banyak kekejaman yang dilakukan oleh manusia antara yang satu dengan lainnya. Pasifik Selatan selama Perang Dunia II memiliki perbedaan khusus dengan daerah lainnya dalam soal pembantaian terhadap manusia. Pembantaian yang sangat biadab, brutal dan sangat mengerikan yang dilakukan oleh manusia dengan menggunakan ratusan bahkan ribuan binatang buas sebagai eksekutornya.
Di salah satu pulau terpencil di Pasifik Selatan, satu peleton tentara yang hampir terdiri dari seribu tentara Jepang bersenjata memasuki rawa yang dipenuhi dengan buaya, mereka menghilang dan tidak pernah kembali lagi, demikian dilaporkan oleh sebuah sumber terpercaya tentang peristiwa mengerikan itu.
Kejadian tragis itu terjadi antara bulan Januari dan Februari tahun 1945 di sebuah pulau terpencil yang terletak Teluk Benggala daerah lepas pantai Burma, pulau tersebut adalah pulau Ramree, sebuah pulau yang terdiri dari rawa-rawa yang didalamnya berisi buaya air asin yang sangat ganas.
Pertempuran sengit terjadi selama 6 Minggu, selama Perang Dunia ke II , tragedi ini ini memang merupakan skenario yang dibuat oleh Burma untuk menaklukkan tentara Jepang. Pada tahun 1942 Jepang memasuki wilayah pulau ini dan kemudian pada tanggal 26 Januari 1945,Angkatan Laut Inggris yang dibantu Brigade Infanteri India memasuki wilayah ini dalam upaya untuk membangun pangkalan udara, mereka mendapat perlawanan sengit dari tentara Jepang yang sudah terlebih dahulu datang sebagai Penjajah.
Setelah pertempuran panjang dan berdarah terjadi pasukan Sekutu berhasil memenangkan pertempuran itu dan terus membuat tentara Jepang semakin terjepit. Sekitar 1000 tentara kabur meninggalkan kamp mereka untuk bergabung dengan pasukan lainnya yang berada diseberang pulau. Sementara itu pasukan Sekutu telah ditempatkan diberbagai penjuru yang membuat tentara Jepang benar-benar terjepit dan hanya mempunyai satu jalan untuk kabur yaitu menyebarangi rawa pasang surut yang dipenuhi buaya lapar dan ganas, sejauh 16 km untuk mencapai seberang. Sebenarnya Pasukan Sekutu sudah memberikan peringatan agar tentara Jepang menyerah, namun rupanya seruan itu tidak diindahkan, dari situlah awal cerita tragis pembantaian binatang terhadap manusia dimulai, dan sebagian besar dari tentara Jepang tidak sampai ke seberang dengan selamat.
Rawa yang berlumpur dalam menjadi penghalang bagi mereka sehingga memperlambat pelarian mereka, dan ternyata tidak hanya buaya yang menghuni rawa-rawa ini, laba-laba beracun, kalajengking, ular berbisa, nyamuk malaria merayap melalui semak-semak berlumpur, sungguh merupakan "neraka hidup" yang sangat mengerikan buat mereka. Selama beberapa hari mereka berjuang melawan maut bergumul dan berkelahi melawan penghuni rawa yang sangat ganas. Sementara itu rasa lapar dan haus mulai menyerang mereka yang semakin membuat mereka tersiksa didalam kubangan lumpur rawa tersebut. Lebih tragis lagi pasukan sekutu terus menembakkan senjata artileri kepada tentara Jepang secara sporadis dari pinggir rawa.
Rentetan penderitaan tersebut tenyata hanya merupakan awal dari mimpi buruk mereka yang lebih mengerikan. Suatu malam tentara Inggris yang berpatroli di pinggir rawa melaporkan bahwa mereka mendengar jeritan histeris dan suara tembakan di kegelapan dari tengah-tengah rawa. Seorang tentara Jepang terlihat sedang melawan maut dari gigi-gigi tajam beberapa ekor buaya, tubuhnya dikoyak dan dicabik, hingga akhirnya tercerai berai menjadi beberapa potong dan dimakan oleh reptil ganas ini. Pasukan Inggris yang menyaksikan pemandangan itu meringis ngeri dan tidak tahu harus berbuat apa? menyelamatkannya atau membiarkan mereka dimakan oleh buaya.
Para tentara malang ini benar-benar terperangkap di dalam rawa Ramree, ditengah-tengah buaya ganas yang tak terhitung jumlahnya, bahkan sebagian dari buaya tersebut adalah merupakan monster raksasa yang panjangnya bisa mencapai 20 kaki dengan berat lebih dari 1 ton. Mereka menjadikan tentara Jepang sebagai hidangan makan malam selama beberapa hari dengan menguliti, mencabik dan memotong daging tentara yang ketakutan. Salah seorang korban selamat menceritakan, kawanan buaya tiba-tiba muncul ditengah-tengah pasukan yang ketakutan yang membuat mereka lari tunggang langgang berusaha menyelamatkan diri walaupun merupakan upaya penyelamatan yang sia-sia. Beberapa korban selamat juga menggambarkan bagaimana buaya sering muncul secara tiba-tiba dari air keruh disekitarnya dan menyeret korban kedalam air kemudian memakannya. Suara tembakan berbaur dengan jeritan, teriakan juga suara kulit terkoyak dan tulang manusia yang patah
Bruce Stanley Wright menggambarkan adegan berlangsung dalam bukunya 1962 Taman Sketsa Dekat dan Jauh:
Dari hampir 1.000 tentara Jepang yang memasuki rawa Rumree, disebutkan hanya 20 korban keluar hidup-hidup, beberapa dari mereka mengalami luka yang sangat parah, meskipun jumlah ini masih diperdebatkan dan perkiraan berapa banyak tentara yang tewas di dalam rawa perkiraan jumlahnya bervariasi. Terlepas dari berapa jumlah korban dalam peristiwa tersebut, insiden ini sangat mengerikan sepanjang sejarah manusia, dimana hampir 1000 orang dibantai dan dimangsa oleh binatang, dan peristiwa ini juga masuk kedalam catatan Guinness Book of World Records dengan judul Serangan Terbanyak Yang Dilakukan Oleh Budaya Terhadap Manusia.
Begitulah keserakahan akan selalu mendapatkan balasan, bahkan balasan tersebut kadang sangat mengerikan dan diluar batas apa yang pernah kita fikirkan. (RR/tr/120814)
Dalam catatan sejarah Perang Dunia kami, ada banyak kekejaman yang dilakukan oleh manusia antara yang satu dengan lainnya. Pasifik Selatan selama Perang Dunia II memiliki perbedaan khusus dengan daerah lainnya dalam soal pembantaian terhadap manusia. Pembantaian yang sangat biadab, brutal dan sangat mengerikan yang dilakukan oleh manusia dengan menggunakan ratusan bahkan ribuan binatang buas sebagai eksekutornya.
Di salah satu pulau terpencil di Pasifik Selatan, satu peleton tentara yang hampir terdiri dari seribu tentara Jepang bersenjata memasuki rawa yang dipenuhi dengan buaya, mereka menghilang dan tidak pernah kembali lagi, demikian dilaporkan oleh sebuah sumber terpercaya tentang peristiwa mengerikan itu.
Kejadian tragis itu terjadi antara bulan Januari dan Februari tahun 1945 di sebuah pulau terpencil yang terletak Teluk Benggala daerah lepas pantai Burma, pulau tersebut adalah pulau Ramree, sebuah pulau yang terdiri dari rawa-rawa yang didalamnya berisi buaya air asin yang sangat ganas.
Pertempuran sengit terjadi selama 6 Minggu, selama Perang Dunia ke II , tragedi ini ini memang merupakan skenario yang dibuat oleh Burma untuk menaklukkan tentara Jepang. Pada tahun 1942 Jepang memasuki wilayah pulau ini dan kemudian pada tanggal 26 Januari 1945,Angkatan Laut Inggris yang dibantu Brigade Infanteri India memasuki wilayah ini dalam upaya untuk membangun pangkalan udara, mereka mendapat perlawanan sengit dari tentara Jepang yang sudah terlebih dahulu datang sebagai Penjajah.
Setelah pertempuran panjang dan berdarah terjadi pasukan Sekutu berhasil memenangkan pertempuran itu dan terus membuat tentara Jepang semakin terjepit. Sekitar 1000 tentara kabur meninggalkan kamp mereka untuk bergabung dengan pasukan lainnya yang berada diseberang pulau. Sementara itu pasukan Sekutu telah ditempatkan diberbagai penjuru yang membuat tentara Jepang benar-benar terjepit dan hanya mempunyai satu jalan untuk kabur yaitu menyebarangi rawa pasang surut yang dipenuhi buaya lapar dan ganas, sejauh 16 km untuk mencapai seberang. Sebenarnya Pasukan Sekutu sudah memberikan peringatan agar tentara Jepang menyerah, namun rupanya seruan itu tidak diindahkan, dari situlah awal cerita tragis pembantaian binatang terhadap manusia dimulai, dan sebagian besar dari tentara Jepang tidak sampai ke seberang dengan selamat.
Rawa yang berlumpur dalam menjadi penghalang bagi mereka sehingga memperlambat pelarian mereka, dan ternyata tidak hanya buaya yang menghuni rawa-rawa ini, laba-laba beracun, kalajengking, ular berbisa, nyamuk malaria merayap melalui semak-semak berlumpur, sungguh merupakan "neraka hidup" yang sangat mengerikan buat mereka. Selama beberapa hari mereka berjuang melawan maut bergumul dan berkelahi melawan penghuni rawa yang sangat ganas. Sementara itu rasa lapar dan haus mulai menyerang mereka yang semakin membuat mereka tersiksa didalam kubangan lumpur rawa tersebut. Lebih tragis lagi pasukan sekutu terus menembakkan senjata artileri kepada tentara Jepang secara sporadis dari pinggir rawa.
Rentetan penderitaan tersebut tenyata hanya merupakan awal dari mimpi buruk mereka yang lebih mengerikan. Suatu malam tentara Inggris yang berpatroli di pinggir rawa melaporkan bahwa mereka mendengar jeritan histeris dan suara tembakan di kegelapan dari tengah-tengah rawa. Seorang tentara Jepang terlihat sedang melawan maut dari gigi-gigi tajam beberapa ekor buaya, tubuhnya dikoyak dan dicabik, hingga akhirnya tercerai berai menjadi beberapa potong dan dimakan oleh reptil ganas ini. Pasukan Inggris yang menyaksikan pemandangan itu meringis ngeri dan tidak tahu harus berbuat apa? menyelamatkannya atau membiarkan mereka dimakan oleh buaya.
Para tentara malang ini benar-benar terperangkap di dalam rawa Ramree, ditengah-tengah buaya ganas yang tak terhitung jumlahnya, bahkan sebagian dari buaya tersebut adalah merupakan monster raksasa yang panjangnya bisa mencapai 20 kaki dengan berat lebih dari 1 ton. Mereka menjadikan tentara Jepang sebagai hidangan makan malam selama beberapa hari dengan menguliti, mencabik dan memotong daging tentara yang ketakutan. Salah seorang korban selamat menceritakan, kawanan buaya tiba-tiba muncul ditengah-tengah pasukan yang ketakutan yang membuat mereka lari tunggang langgang berusaha menyelamatkan diri walaupun merupakan upaya penyelamatan yang sia-sia. Beberapa korban selamat juga menggambarkan bagaimana buaya sering muncul secara tiba-tiba dari air keruh disekitarnya dan menyeret korban kedalam air kemudian memakannya. Suara tembakan berbaur dengan jeritan, teriakan juga suara kulit terkoyak dan tulang manusia yang patah
Bruce Stanley Wright menggambarkan adegan berlangsung dalam bukunya 1962 Taman Sketsa Dekat dan Jauh:
Malam itu adalah malam yang paling mengerikan, setiap anggota ML [marine launch] hampir dimakan oleh Buaya, Buaya yang sudah mencium bau darah, berkumpul di antara bakau sambil menunggu rasa lapar, berendam dengan mata ganas mereka di atas air, mengawasi dengan penuh waspada untuk makanan mereka berikutnya. Saat air menjadi pasang, mereka kembali memangsa bangkai-bangkai para tentara, mereka yang terluka juga tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya bisa menunggu giliran untuk menjadi mangsa dan pasrah hingga buaya-buaya tersebut menyeret mereka kedalam lumpur dan menyantapnya.
Tembakan senapan terdengar dari tengah rawa hitam, serta jeritan orang yang terluka dengan tulang yang hancur di rahang reptil besar dan ganas, suara menyayat hati dan suara hiruk pikuk buaya pesta makan malam membuat suasana seperti berada didalam neraka yang jarang diduplikasi di bumi. Saat fajar tiba burung nasar datang untuk membersihkan ceceran daging manusia yang tersisa diatas lumpur ... Dari sekitar 1.000 tentara Jepang yang memasuki rawa Ramree, hanya sekitar 20 orang ditemukan hidup, sungguh pemandangan yang sangat mengerikan.
Dari hampir 1.000 tentara Jepang yang memasuki rawa Rumree, disebutkan hanya 20 korban keluar hidup-hidup, beberapa dari mereka mengalami luka yang sangat parah, meskipun jumlah ini masih diperdebatkan dan perkiraan berapa banyak tentara yang tewas di dalam rawa perkiraan jumlahnya bervariasi. Terlepas dari berapa jumlah korban dalam peristiwa tersebut, insiden ini sangat mengerikan sepanjang sejarah manusia, dimana hampir 1000 orang dibantai dan dimangsa oleh binatang, dan peristiwa ini juga masuk kedalam catatan Guinness Book of World Records dengan judul Serangan Terbanyak Yang Dilakukan Oleh Budaya Terhadap Manusia.
Begitulah keserakahan akan selalu mendapatkan balasan, bahkan balasan tersebut kadang sangat mengerikan dan diluar batas apa yang pernah kita fikirkan. (RR/tr/120814)
Posting Komentar