Oleh: Muniba Saleem, University of Michigan
Pada pagi hari tanggal 12 Juli sebuah berita penembakan di sebuah klub malam terjadi di Orlando, Muslim Amerika diseluruh negeri menenggapi dengan ngeri mendengar berita tersebut, dan secara diam-diam mereka berharap bahwa tidak aka nada pemberitaan bahwa pelakunya bukan salah satu dari mereka. Mereka berharap kejadiannya tidak akan seperti pemboman di Boston tahun 2013 yang lalu atau kasus penembakan yang terjadi di San Bernardino.
Muslim Amerika telah terbiasa dengan pola pemberitaan seperti ini, setiap kali ada serangan ujung-ujungnya diberitakan bahwa pelakunya adalah Muslim. Media kemudian akan membuat polemic pelakunya Musli atau bukan, sementara itu propaganda selalu bahwa Muslim selelu identik dengan radikalisme terus di dengungkan. Pada saat yang sama, politisi dan pakar kebijakan membatasi kebebasan sipil para imigran dan warga Muslim.
Sebagai seorang peneliti psikologi media, saya sudah mempelajari bagaimana representasi media tentang Muslim yang dijadikan sebagai bahan bakar permusuhan terhadap Muslim Amerika dan kebijakan di Amerika. Karena begitu sedikit orang Amerika yang memahami ajaran Islam, termasuk para kru media, hal ini menyebabkan penggambaran yang salah tentang Islam dan lebih banyak berbicara bahwa Muslim adalah teroris, cara ini kemudian menggiring opini masyarakat sesuai dengan apa yang diberitakan oleh media dan menyebabkan banyak orang percaya bahwa semua Muslim adalah teroris.
Bahkan dalam cakupan yang tidak terkait dengan serangan teroris, umat Islam mendapatkan reputasi buruk di Negara paman Sam ini.
Konten analisis representasi Muslim pada semua media baik internet, televisi, film, dan koran mengungkapkan bahwa umat Islam di media Amerika sangat direpresentasikan sebagai kekerasan, teroris, barbar dan tidak toleran.
Pada saat yang sama, hampir tidak ada penggambaran positif tentang umat Islam di media Amerika.
Muslim Amerika hanya satu persen dari seluruh populasi AS, kebanyakan orang Amerika tidak berinteraksi dengan mereka setiap hari. Hal ini menyebabkan bahwa apa yang mereka lihat di berita akan sangat mempengaruhi bagaimana mereka memandang Muslim Amerika.
Dalam sebuah studi yang baru-baru ini dilakukan, kami menemukan betapa besar pengaruh media dalam melakukan penggambaran berita negatif tentang Muslim.
Sebagai contoh, kami melakukan studi eksperimental di mana peserta secara acak diminta untuk melihat penggambaran negatif, netral, atau positif dari umat Islam dalam berita.
Selanjutnya, peserta diminta untuk menjawab pertanyaan tentang persepsi mereka terhadap semua Muslim dan dukungan mereka terhadap kebijakan yang merugikan umat Islam.
Dalam studi ini ternyata Peserta memberikan respon negatif karena berita tahun 2007 dimana terjadi serangan teror di Fort Dix, yang dilakukan oleh enam orang Muslim. Hasilnya cukup memprihatinkan, para peserta tersebut lebih mungkin untuk memahami semua Muslim sebagai agresif dan suka melakukan kekerasan.
Selain itu, ada yang lebih mengejutkan yaitu bagaimana dengan mudah mereka bersedia untuk memberlakukan pembatasan sipil Muslim Amerika, seperti misalnya menyediakan jalur keamanan terpisah terpisah bagi Muslim di bandara, membatasi hak suara mereka, atau memungkinkan pemerintah untuk menyadap warga Muslim.
Para peserta juga lebih mungkin untuk mendukung aksi militer terhadap negara-negara Muslim - bahkan jika warga sipil jadi korban sekalipun mereka tidak mempedulikan hal tersebut. Sementara itu mereka juga berusaha untuk mengurangi pengaruh Islam pada lingkungan mereka.
Sangat penting untuk dicatat bahwa apa pendapat yang disampaikan oleh peserta dalam penelitian tersebut ternyata memiliki kemiripan yang kuat dengan apa yang diusulkan oleh calon presiden Amerika selama siklus pemilu 2016 ini.
Memang, banyak kandidat politik telah menyerukan peningkatan pengawasan terhadap komunitas Muslim Amerika, dan berpotensi terhadap penutupan masjid, Muslim Amerika harus di daftar dalam database khusus atau membawa identitas khusus untuk mengidentifikasi agama mereka, dan melarang imigran dari negara-negara Muslim.
Fakta bahwa meskipun apa yang mereka usulkan ini tidak konstitusional tidak mengurangi kecemasan dan ketakutan warga Muslim Amerika. Banyak yang menyadari bahwa tindakan serupa pernah diambil terhadap warga Jepang oleh Amerika setelah serangan terhadap Pearl Harbor pada saat terjadinya Perang Dunia ke II.
Pada catatan optimis, penelitian saya juga telah menunjukkan bahwa representasi media tentang Muslim dalam cahaya yang positif - interaksi langsung warga Amerika dengan Muslim - dapat menghasilkan efek sebaliknya.
Dalam studi yang sama telah disebutkan sebelumnya, orang Amerika yang telah membaca berita yang memberitakan Relawan Muslim Amerika di tempat penampungan selama musim liburan mengurangi sikap anti-Muslim mereka. Mereka juga kurang mungkin untuk mendukung kebijakan yang merugikan umat Islam secara domestik maupun internasional.
Dalam studi lain yang kami lakukan, kami membagi mahasiswa Amerika ke dalam dua kelompok:
Mahasiswa yang dilaporkan memiliki kontak langsung dengan umat Islam cenderung tidak memiliki sikap anti-Muslim dan tidak cenderung mendukung kebijakan anti-Muslim daripada mereka yang mengandalkan media saja untuk memperoleh informasi Islam.
Temuan ini menyoroti kekuatan interaksi langsung warga Amerika terhadap Muslim, bersama dengan “asupan berita” media yang lebih seimbang.
Sangat penting untuk disadari bahwa penelitian ini bukan berarti media tidak harus melaporkan serangan yang dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, penelitian ini menyoroti tentang pentingnya representasi media yang wajar terhadap komunitas Muslim-Amerika.
Ada banyak acara berita positif yang melibatkan Muslim Amerika untuk diberitakan, seperti misalnya proyek yang diprakarsai oleh sebuah organisasi nirlaba Muslim untuk mendukung korban penembakan Emanuel AME Church di Charleston, Carolina Selatan. Ibtihaj Muhammad yang lolos ke Olimpiade sebagai atlet AS pertama yang berkompetisi dan tetap mengenakan hijab. (Dia juga tetap berlatih saat puasa selama bulan Ramadhan.) Sumbangan air bersih untuk kampanye Flint, dimana Muslim Amerika membagikan botol airbersih untuk penduduk kota Michigan dan masih banyak lagi berita kegiatan positif Umat Islam yang perlu mendapatkan proporsi yang adil untuk diberitakan.
Berita-berita tersebut sayangnya, tidak mendapatkan jumlah porsi pemberitaan yang hampir sama daripada cakupan berita serangan teroris. Jika hal ini terus terjadi, dimana liputan media selalu memblow-up serangan teroris yang dibumbui dengan kebohongan untuk meningkatkan rating berita maka umat Islam akan terus dibuat bulan-bulanan oleh media Amerika dan akan terus memunculkan sikap anti Muslim
Muniba Saleem adalah Asisten Professor of Communication Studies and Faculty Associate di Institut Penelitian Sosial, Universitas Michigan
Sumber: http://muslimvillage.com
Pada pagi hari tanggal 12 Juli sebuah berita penembakan di sebuah klub malam terjadi di Orlando, Muslim Amerika diseluruh negeri menenggapi dengan ngeri mendengar berita tersebut, dan secara diam-diam mereka berharap bahwa tidak aka nada pemberitaan bahwa pelakunya bukan salah satu dari mereka. Mereka berharap kejadiannya tidak akan seperti pemboman di Boston tahun 2013 yang lalu atau kasus penembakan yang terjadi di San Bernardino.
Muslim Amerika telah terbiasa dengan pola pemberitaan seperti ini, setiap kali ada serangan ujung-ujungnya diberitakan bahwa pelakunya adalah Muslim. Media kemudian akan membuat polemic pelakunya Musli atau bukan, sementara itu propaganda selalu bahwa Muslim selelu identik dengan radikalisme terus di dengungkan. Pada saat yang sama, politisi dan pakar kebijakan membatasi kebebasan sipil para imigran dan warga Muslim.
Sebagai seorang peneliti psikologi media, saya sudah mempelajari bagaimana representasi media tentang Muslim yang dijadikan sebagai bahan bakar permusuhan terhadap Muslim Amerika dan kebijakan di Amerika. Karena begitu sedikit orang Amerika yang memahami ajaran Islam, termasuk para kru media, hal ini menyebabkan penggambaran yang salah tentang Islam dan lebih banyak berbicara bahwa Muslim adalah teroris, cara ini kemudian menggiring opini masyarakat sesuai dengan apa yang diberitakan oleh media dan menyebabkan banyak orang percaya bahwa semua Muslim adalah teroris.
Media Amerika Memicu Kebencian Terhadap Muslim Amerika
Bahkan dalam cakupan yang tidak terkait dengan serangan teroris, umat Islam mendapatkan reputasi buruk di Negara paman Sam ini.
Konten analisis representasi Muslim pada semua media baik internet, televisi, film, dan koran mengungkapkan bahwa umat Islam di media Amerika sangat direpresentasikan sebagai kekerasan, teroris, barbar dan tidak toleran.
Pada saat yang sama, hampir tidak ada penggambaran positif tentang umat Islam di media Amerika.
Muslim Amerika hanya satu persen dari seluruh populasi AS, kebanyakan orang Amerika tidak berinteraksi dengan mereka setiap hari. Hal ini menyebabkan bahwa apa yang mereka lihat di berita akan sangat mempengaruhi bagaimana mereka memandang Muslim Amerika.
Studi Kasus
Dalam sebuah studi yang baru-baru ini dilakukan, kami menemukan betapa besar pengaruh media dalam melakukan penggambaran berita negatif tentang Muslim.
Sebagai contoh, kami melakukan studi eksperimental di mana peserta secara acak diminta untuk melihat penggambaran negatif, netral, atau positif dari umat Islam dalam berita.
Selanjutnya, peserta diminta untuk menjawab pertanyaan tentang persepsi mereka terhadap semua Muslim dan dukungan mereka terhadap kebijakan yang merugikan umat Islam.
Dalam studi ini ternyata Peserta memberikan respon negatif karena berita tahun 2007 dimana terjadi serangan teror di Fort Dix, yang dilakukan oleh enam orang Muslim. Hasilnya cukup memprihatinkan, para peserta tersebut lebih mungkin untuk memahami semua Muslim sebagai agresif dan suka melakukan kekerasan.
Selain itu, ada yang lebih mengejutkan yaitu bagaimana dengan mudah mereka bersedia untuk memberlakukan pembatasan sipil Muslim Amerika, seperti misalnya menyediakan jalur keamanan terpisah terpisah bagi Muslim di bandara, membatasi hak suara mereka, atau memungkinkan pemerintah untuk menyadap warga Muslim.
Para peserta juga lebih mungkin untuk mendukung aksi militer terhadap negara-negara Muslim - bahkan jika warga sipil jadi korban sekalipun mereka tidak mempedulikan hal tersebut. Sementara itu mereka juga berusaha untuk mengurangi pengaruh Islam pada lingkungan mereka.
Sangat penting untuk dicatat bahwa apa pendapat yang disampaikan oleh peserta dalam penelitian tersebut ternyata memiliki kemiripan yang kuat dengan apa yang diusulkan oleh calon presiden Amerika selama siklus pemilu 2016 ini.
Memang, banyak kandidat politik telah menyerukan peningkatan pengawasan terhadap komunitas Muslim Amerika, dan berpotensi terhadap penutupan masjid, Muslim Amerika harus di daftar dalam database khusus atau membawa identitas khusus untuk mengidentifikasi agama mereka, dan melarang imigran dari negara-negara Muslim.
Fakta bahwa meskipun apa yang mereka usulkan ini tidak konstitusional tidak mengurangi kecemasan dan ketakutan warga Muslim Amerika. Banyak yang menyadari bahwa tindakan serupa pernah diambil terhadap warga Jepang oleh Amerika setelah serangan terhadap Pearl Harbor pada saat terjadinya Perang Dunia ke II.
Membalikkan tren
Pada catatan optimis, penelitian saya juga telah menunjukkan bahwa representasi media tentang Muslim dalam cahaya yang positif - interaksi langsung warga Amerika dengan Muslim - dapat menghasilkan efek sebaliknya.
Dalam studi yang sama telah disebutkan sebelumnya, orang Amerika yang telah membaca berita yang memberitakan Relawan Muslim Amerika di tempat penampungan selama musim liburan mengurangi sikap anti-Muslim mereka. Mereka juga kurang mungkin untuk mendukung kebijakan yang merugikan umat Islam secara domestik maupun internasional.
Dalam studi lain yang kami lakukan, kami membagi mahasiswa Amerika ke dalam dua kelompok:
- Mereka yang mengatakan mereka memiliki kontak langsung dengan umat Islam,
- Mereka yang menggunakan media untuk mengetahui informasi tentang Muslim.
Mahasiswa yang dilaporkan memiliki kontak langsung dengan umat Islam cenderung tidak memiliki sikap anti-Muslim dan tidak cenderung mendukung kebijakan anti-Muslim daripada mereka yang mengandalkan media saja untuk memperoleh informasi Islam.
Temuan ini menyoroti kekuatan interaksi langsung warga Amerika terhadap Muslim, bersama dengan “asupan berita” media yang lebih seimbang.
Sangat penting untuk disadari bahwa penelitian ini bukan berarti media tidak harus melaporkan serangan yang dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, penelitian ini menyoroti tentang pentingnya representasi media yang wajar terhadap komunitas Muslim-Amerika.
Ada banyak acara berita positif yang melibatkan Muslim Amerika untuk diberitakan, seperti misalnya proyek yang diprakarsai oleh sebuah organisasi nirlaba Muslim untuk mendukung korban penembakan Emanuel AME Church di Charleston, Carolina Selatan. Ibtihaj Muhammad yang lolos ke Olimpiade sebagai atlet AS pertama yang berkompetisi dan tetap mengenakan hijab. (Dia juga tetap berlatih saat puasa selama bulan Ramadhan.) Sumbangan air bersih untuk kampanye Flint, dimana Muslim Amerika membagikan botol airbersih untuk penduduk kota Michigan dan masih banyak lagi berita kegiatan positif Umat Islam yang perlu mendapatkan proporsi yang adil untuk diberitakan.
Berita-berita tersebut sayangnya, tidak mendapatkan jumlah porsi pemberitaan yang hampir sama daripada cakupan berita serangan teroris. Jika hal ini terus terjadi, dimana liputan media selalu memblow-up serangan teroris yang dibumbui dengan kebohongan untuk meningkatkan rating berita maka umat Islam akan terus dibuat bulan-bulanan oleh media Amerika dan akan terus memunculkan sikap anti Muslim
Muniba Saleem adalah Asisten Professor of Communication Studies and Faculty Associate di Institut Penelitian Sosial, Universitas Michigan
Sumber: http://muslimvillage.com
Posting Komentar