Beberapa dekade yang lalu orang-orang memandang peradaban kuno adalah merupakan peradaban yang sederhana, jauh dari tekhnologi dan tentu saja "primitif". Namun ternyata banyak penemuan yang mengungkapkan sejumlah fakta yang mengejutkan tentang budaya kuno, yaitu bahwa ternyata mereka memiliki pengetahuan yang maju dalam berbagai bidang seperti misalnya metalurgi, matematika, kimia, astronomi, dan masih banyak lagi.
Dengan pengetahuan yang mereka miliki mereka mampu menempa baja yang hanya dapat dilakukan oleh manusia modern pada masa Revolusi Industri, mereka juga mampu menciptakan komposisi bahan pembuat beton sehingga mampu ber tahan lama hingga bangunan yang mereka buat mampu bertahan hingga ribuan tahun yang masih dapat kita lihat hingga hari ini, mereka juga mampu memotong batu yang kemudian disusun menjadi dinding begitu tepat dan tersusun rapi, yang kemudian ketika para ahli mencoba melakukan penyusunan ulang di zaman modern ini gagal untuk merekonstruksinya kembali seperti semula.
Dengan pengetahuan yang mereka miliki mereka mampu menempa baja yang hanya dapat dilakukan oleh manusia modern pada masa Revolusi Industri, mereka juga mampu menciptakan komposisi bahan pembuat beton sehingga mampu ber tahan lama hingga bangunan yang mereka buat mampu bertahan hingga ribuan tahun yang masih dapat kita lihat hingga hari ini, mereka juga mampu memotong batu yang kemudian disusun menjadi dinding begitu tepat dan tersusun rapi, yang kemudian ketika para ahli mencoba melakukan penyusunan ulang di zaman modern ini gagal untuk merekonstruksinya kembali seperti semula.
Tekhnologi Peradaban Kuno
Hingga kini para ilmuwan masih “menggaruk-garuk kepala” mereka atas beberapa
prestasi yang menakjubkan yang dicapai oleh tekhnologi peradaban kuno. Berikut ini 10 karya tekhnologi peradaban kuno yang masih membuat para ahli berfikir keras untuk menirunya kembali.
Aqueducts dan teknologi peradaban kuno dalam bidang pengairan
Siapa yang mengira jika tekhnologi abad 21 akan akan meniru tekhnologi yang diciptakan pada 1.500 tahun yang lalu dalam mencari solusi permasalahan akses air? Dan hal tersebut yang terjadi di Lima, Peru.
Peru sering menghadapi krisis air yang cukup parah seperti misalnya pasokan air yang tercemar juga perubahan iklim yang sering membuat negara tersebut mengalami krisis ai, sebuah rencana rencana baru telah dibuat untuk mengatasi masalah krisis air di Sedapal, Lima, yaitu menghidupkan kembali jaringan kanal batu kuno yang dibangun oleh budaya Wari pada tahun 500 M, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarak Peru.
Budaya Wari pada 1500 tahun yang lalu telah membuat sistem konservasi air yang canggih yang digunakan untuk menampung air pegunungan selama musim hujan melalui kanal. Kanal tersebut mampu berfungsi untuk menyalurkan air ke sumber mata air di bagian bawah gunung, untuk menjaga ketersediaan air di sungai selama musim kemarau.
Selain di Peru banyak ditemukan tekhnologi peradaban kuno yang dikenal memiliki konstruksi canggih untuk menjaga ketersediaan air, seperti misalnya tangki air, kanal, saluran air, dan teknologi penyaluran air lainnya, hal tersebut dapat ditemukan Persia, Nabataeans, Roma, Yunani, Harrapans, dan banyak lagi tempat-tempat lainnya.
Tekhnologi peradaban kuno dalam bidang Penempaan Baja
Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, orang-orang kuno di Levant telah mampu menempa besi untuk dibuat menjadi pedang dari baja dengan tekhnologi yang menakjubkan dan masyarakat modern masih belum menemukan bagaimana cara mereka dalam membuat pedang tersebut. Begitu kuat dan tajamnya pedang yang dibuat oleh peradaban Levant bahkan pedang tersebut dapat digunakan untuk mengiris benda-benda yang terbuat dari logam lainnya.
Baja, yang kemudian dikenal sebagai baja Damaskus, diproduksi dari bahan baku yang disebut baja wootz, yang berasal dari Asia. Dalam pembuatannya diperlukan tekhnik canggih yang sebetulnya tidak masuk akal jika pedang tersebut dibuat dalam kondisi tekhnologi ketika itu, namun faktanya masyarakat Levant telah memiliki tekhnologi itu. Untuk membuat pedang dengan kekuatan seperti itu diperlukan bahan pencampur tertentu yang akan menyebabkan reaksi kimia pada tingkat kuantum. Diperlukan panas yang sangat tinggi untuk proses pencampuran bahan baku ini, yang menurut perhitungan modern manusia tidak akan mampu melakukannya dengan tekhnologi yang serba terbatas seperti saat itu. Sekali lagi fakta membuktikan dengan tekhnologi peradaban kuno yang mereka memiliki mereka mampu membuatnya, bahkan kemudian pedang ini dibuat secara massal. Tekhnologi ini pertama kali digunakan pada sekitar 300 SM, tapi diproduksi secara massal di Timur Tengah antara 1100 dan 1700 M.
Perlu Anda ketahui, rahasia pembuatan pedang Damaskus ini baru dapat dipecahkan dengan menggunakan mikroskop bertekhnologi tinggi yaitu mikroskop elektron dengan pemindaian yang rumit di laboratorium modern. Meskipun demikian masyarakat modern belum mampu membuat pedang yang sama hingga hari ini.
Tekhnologi Peradaban kuno dalam bidang konstruksi Beton
Struktur beton yang dibuat saat ini rata-rata hanya mampu bertahan antara 100 dan 120 tahun. Namun, orang-orang Romawi dengan tekhnologi peradaban kuno yang mereka miliki telah mampu membangun struktur yang terbuat dari beton 2.000 tahun yang lalu dan masih bertahan hingga hari ini, hal ini dapat dilihat dari peninggalan jaman Romawi yang masih berdiri tegak hingga hari ini. Jadi apa rahasia yang mereka miliki?
Bangsa Romawi ketika itu membuat beton dengan mencampurkan kapur, batuan vulkanik, dan air laut. Kombinasi dari tiga bahan tersebut langsung memicu reaksi kimia di mana kapur yang dimasukkan ke dalam struktur molekul akan bereaksi dengan abu dan menjadi semen seluruh campuran tersebut secara bersama-sama. Beton air laut kuno mengandung struktur kristal ideal tobermorite, yang memiliki kekuatan yang lebih besar dan daya tahan yang lebih lama dari semen yang dibuat pada jaman modern.
Beton yang dibuat dengan teknologi peradaban kuno Romawi ini juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan beton masa kini. Semen modern konvensional memerlukan pemanasan campuran batu kapur dan tanah liat pada suhu 1.450 derajat Celcius yang dapat melepaskan sejumlah besar karbon ke atmosfer. Sebaliknya, semen Romawi yang digunakan jauh lebih sedikit mengandung kapur dengan hanya membutuhkan suhu 900 derajat Celcius, jadi membutuhkan jauh lebih sedikit bahan bakar dalam pembuatannya.
Tekhnologi Peradaban Kuno dalam bidang pembuatan Jalan Dan Konstruksi Bangunan
Saat ini, kita akan beruntung untuk jika mendapatkan jalan raya sekaligus bangunan yang layak yang dapat selesai dibangun dalam jangka waktu satu tahun. Orang kuno sudah mengakui pentingnya jalan dan jaringan yang menghubungkan antara kota dan permukiman di daerah dengan ibu kota negara, faktanya mereka telah membangunnya secara bersama-sama dengan cepat!
Qhapaq Nan, atau yang juga dikenal sebagai Main Andean Road, adalah jaringan jalan yang besar yang pernah digunakan oleh Kekaisaran Inca dengan panjang lebih dari 30.000 kilometer. Itu adalah merupakan tulang punggung bagi kekuatan politik dan ekonomi Kekaisaran Inca, yang menghubungkan produksi, administrasi, dan pusat seremonial pra-Inca pada budaya Andes. Suku Inca dari Cuzco telah mendapatkan infrastruktur yang unik ini dalam skala besar kurang dari satu abad, memperluas jaringan mereka di beberapa negara seperti Argentina, Bolivia, Chile, Kolombia, Ekuador dan Peru.
Bangsa Romawi juga dikenal sebagai pembangun jalan yang ahli. Sekitar 1,7 juta mil persegi wilayah ditutupi oleh jalan Romawi, yang dibuat dengan menggunakan kerikil, kotoran, dan batu bata yang terbuat dari granit dan lava keras. Banyak jalan kuno ini masih digunakan sampai sekarang. Luar biasa..!!
Tekhnologi Peradaban Kuno dalam bidang Pemotongan Batu
Di seluruh dunia, kita dapat menemukan banyak contoh batu kuno yang dipotong begitu tepat dan rapi dan hal tersebut secara teori hanya dapat dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin modern yang canggih, bagaimana tidak, batu dengan berat ratusan ton dapat dipotong dengan sangat presisi. Alat apa yang mereka gunakan? Hingga hari ini hal tersebut masih menjadi tanda tanya besar bagi para ilmuwan.
Salah satu contohnya adalah dapat ditemukan di Puma Punka, sebuah situs arkeologi berusia 15.000 tahun di Bolivia yang terdiri dari batu yang luar biasa besar dan tampak seolah-olah batu-batu tersebut dipotong dengan menggunakan berlian. Blok batu besar yang beratnya mencapai 800 ton, dapat dipotong dengan tepi lurus sempurna dan saling mengunci satu sama lain dan anehnya lagi tidak ditemukan bekas tanda alat pahat terdapat dipermukaannya. Upaya untuk meniru presisi batu tersebut sudah dilakukan pada jaman modern ini, dan hasilnya upaya tersebut telah gagal.
Posting Komentar