Bahan baku pembuatan agar-agar adalah rumput laut dari jenis Gracilaria, rumput laut ini sudah dibudidayakan diberbagai daerah di Indonesia sebagai komoditas eksport maupun dijual di dalam negeri sebagai bahan baku pembuatan agar-agar.Di Jepang rumput laut Gracilaria digunakan sebagai salah satu masakan khas Jepang dan disebut dengan nama ogonori atau ogo, di Jamaika disebut sebagai lumut Irlandia dan Filipina disebut sebagai Guraman. Di Indonesia Rumput laut Gracilaria pertama kali dibudidayakan di daerah Takalar di tambak-tambak warga.
Disamping digunakan sebagai bahan baku pembuatan Agar-agar, rumput laut Gracilaria juga digunakan sebagai makanan pada budidaya Abalone dan teripang seperti di Negara China dan Jepang, walaupun kebutuhan penggunaan Gracilaria sebagai bahan makanan ternak binatang laut ini tidak terlalu banyak.
Rumput laut Gracilaria termasuk dalam Filum: Rhodophyta, Kelas: Florideophyceae, Ordo: Gracilariales, Famili: Gracilariaceae, dan Genus: Gracilaria.
Ada banyak jenis Gracilaria, namun yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah dari jenis Gracilaria Arcuata Zanardini, alga inilah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan Agar-agar. Rumput laut Gracilaria mempunyai ciri-ciri thallus berbentuk bulat silindris, permukaan kulit luar berlendir dan licin, biasanya berwarna hijau pirang hingga hijau tua atau kadang juga hijau jingga.
Rumput laut Gracilaria mempunyai substansi Substansi cartilaginous,
menempel pada substrat dengan holdfast berbentuk cakram. Rumpun merimbun
di bagian atas dengan percabangan mengecil pada bagian pangkal, ujung
runcing. Alga jenis ini digunakan Sebagai sumber agar, protein,
vitamin, mineral. Merupakan bahan baku untuk industri agar-agar baik di
dalam negeri maupun luar negeri.
Ketika sudah mengering karena dilakukan penjemuran rumput laut ini akan berubah warna, biasanya berwarna hitam, pink, ungu dan grey. Perbedaan warna tersebut disebabkan oleh salinitas air juga tingkat kesuburan tanah tempat pembudidayaannya. Rumput laut Gracilaria biasanya dijual dalam kondisi kering dengan kadar air antara 15% hingga 18%, kotoran 4% dan usia tanam 45 hari
Budidaya Rumput Laut Gracilaria
Cara pembudidayaan rumput laut Gracilaria sangat berbeda dengan rumput laut Eucheuma Cottonii, para petani rumput laut Gracilaria di daerah sentra produksi Gracilaria melakukan budidaya dengan system tebar bibit. Pada pembukaan lahan, pertama kali lahan yang akan digunakan untuk budidaya dibersihkan dari gulma yang tumbuh didalam tambak agar tidak menjadi competitor bagi tanaman utama. Setelah dilakukan pebersihan gulma dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang untuk memperbaiki struktur tanah , setelah itu dilakukan pembajakan agar pupuk kandang dan tanah dapat tercampur menjadi satu, kemudian lahan didiamkan selama minimal 1 hari dan selanjutnya dilakukan penebaran bibit.
Wilayah Budidaya
Rumput laut Gracilaria dibudidayakan dibeberapa daerah di Indonesia walaupun belum semua wilayah tambak di Indonesia belum melakukan budidaya rumput laut bahan baku pembuat agar-agar ini. Penghasil rumput laut Gracilaria terbesar saat ini masih diduduki oleh Sulawesi Selatan, wilayah tambak Propinsi Sulawesi Selatan adalah 50,201 hektare, namun tidak semua tambak di Sulawesi Selatan digunakan sebagai lahan budidaya rumput laut Gracilaria dikarenakan tidak semuanya mempunyai struktur tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh rumput laut Gracilaria.
Penghasil rumput laut Gracilaria terbesar di Sulawesi Selatan adalah wilayah Luwu utara dan Luwu Timur dan lebih terkenal sebagai rumput laut Gracilaria Palopo. Budidaya rumput laut di Luwu dimulai dari Belopa hingga Malili. Rumput laut Gracilaria asal Luwu, disamping merupakan penghasil rumput laut terbesar di Indonesia juga merupakan penghasil rumput laut Gracilaria terbaik di Indonesia.
Di luar wilayah Luwu, rumput laut Gracilaria juga dibudidayakan di wilayah-wilayah lain di Sulawesi Selatan seperti misalnya di Takalar, sebagian wilayah Jeneponto, Sinjai, Maros, Pangkep dan Bone. Di Sulawesi tengah juga terdapat budidaya rumput laut Gracilaria yaitu di daerah Morowali.
Disamping Sulawesi Selatan, daerah-daerah lain juga telah melakukan budidaya rumput laut ini yaitu di pulau Jawa , Bali, NTB, NTT, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, NAD dan Kalimantan Barat. Di Pulau Jawa rumput laut Gracilaria dibudidayakan di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Rumput laut Gracilaria dijual sebagai komoditas export dan dijual sebagai bahan baku pembuatan agar-agar di dalam negeri . Saat ini di Indonesia terdapat 5 pabrik agar-agar yang berbahan baku rumput laut Gracilaria, 2 perusahaan Refine Carrageenan (RC) dan 11 pabrik yang memproduksi Semi Refined Carrageenan yang menggunakan rumput laut Eucheuma Cottonii sebagai bahan bakunya, secara keseluruhan produksi olahan rumput laut tersebut mencapai 15.638 ton/tahun. Total hasil produksi tersebut akan terus meningkat mengingat Pemerintah akan memberlakukan peraturan dimana rumput laut harus dieksport dalam bentuk minimal produk setengah jadi, dan bukan dieksport dalam bentuk raw materials seperti yang dilakukan selama ini dimana rumput laut dieksport masih dalam bentuk bahan mentah.
Disamping digunakan sebagai bahan baku pembuatan Agar-agar, rumput laut Gracilaria juga digunakan sebagai makanan pada budidaya Abalone dan teripang seperti di Negara China dan Jepang, walaupun kebutuhan penggunaan Gracilaria sebagai bahan makanan ternak binatang laut ini tidak terlalu banyak.
Rumput laut Gracilaria termasuk dalam Filum: Rhodophyta, Kelas: Florideophyceae, Ordo: Gracilariales, Famili: Gracilariaceae, dan Genus: Gracilaria.
Ada banyak jenis Gracilaria, namun yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah dari jenis Gracilaria Arcuata Zanardini, alga inilah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan Agar-agar. Rumput laut Gracilaria mempunyai ciri-ciri thallus berbentuk bulat silindris, permukaan kulit luar berlendir dan licin, biasanya berwarna hijau pirang hingga hijau tua atau kadang juga hijau jingga.
Rumput laut Gracilaria kering asal Palopo |
Rumput laut Gracilaria mempunyai substansi Substansi cartilaginous,
menempel pada substrat dengan holdfast berbentuk cakram. Rumpun merimbun
di bagian atas dengan percabangan mengecil pada bagian pangkal, ujung
runcing. Alga jenis ini digunakan Sebagai sumber agar, protein,
vitamin, mineral. Merupakan bahan baku untuk industri agar-agar baik di
dalam negeri maupun luar negeri.
Ketika sudah mengering karena dilakukan penjemuran rumput laut ini akan berubah warna, biasanya berwarna hitam, pink, ungu dan grey. Perbedaan warna tersebut disebabkan oleh salinitas air juga tingkat kesuburan tanah tempat pembudidayaannya. Rumput laut Gracilaria biasanya dijual dalam kondisi kering dengan kadar air antara 15% hingga 18%, kotoran 4% dan usia tanam 45 hari
Budidaya Rumput Laut Gracilaria
Cara pembudidayaan rumput laut Gracilaria sangat berbeda dengan rumput laut Eucheuma Cottonii, para petani rumput laut Gracilaria di daerah sentra produksi Gracilaria melakukan budidaya dengan system tebar bibit. Pada pembukaan lahan, pertama kali lahan yang akan digunakan untuk budidaya dibersihkan dari gulma yang tumbuh didalam tambak agar tidak menjadi competitor bagi tanaman utama. Setelah dilakukan pebersihan gulma dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang untuk memperbaiki struktur tanah , setelah itu dilakukan pembajakan agar pupuk kandang dan tanah dapat tercampur menjadi satu, kemudian lahan didiamkan selama minimal 1 hari dan selanjutnya dilakukan penebaran bibit.
Tambak, tempat budidaya rumput laut Gracilaria di Pantai satu Palopo |
Wilayah Budidaya
Rumput laut Gracilaria dibudidayakan dibeberapa daerah di Indonesia walaupun belum semua wilayah tambak di Indonesia belum melakukan budidaya rumput laut bahan baku pembuat agar-agar ini. Penghasil rumput laut Gracilaria terbesar saat ini masih diduduki oleh Sulawesi Selatan, wilayah tambak Propinsi Sulawesi Selatan adalah 50,201 hektare, namun tidak semua tambak di Sulawesi Selatan digunakan sebagai lahan budidaya rumput laut Gracilaria dikarenakan tidak semuanya mempunyai struktur tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh rumput laut Gracilaria.
Penghasil rumput laut Gracilaria terbesar di Sulawesi Selatan adalah wilayah Luwu utara dan Luwu Timur dan lebih terkenal sebagai rumput laut Gracilaria Palopo. Budidaya rumput laut di Luwu dimulai dari Belopa hingga Malili. Rumput laut Gracilaria asal Luwu, disamping merupakan penghasil rumput laut terbesar di Indonesia juga merupakan penghasil rumput laut Gracilaria terbaik di Indonesia.
Di luar wilayah Luwu, rumput laut Gracilaria juga dibudidayakan di wilayah-wilayah lain di Sulawesi Selatan seperti misalnya di Takalar, sebagian wilayah Jeneponto, Sinjai, Maros, Pangkep dan Bone. Di Sulawesi tengah juga terdapat budidaya rumput laut Gracilaria yaitu di daerah Morowali.
Disamping Sulawesi Selatan, daerah-daerah lain juga telah melakukan budidaya rumput laut ini yaitu di pulau Jawa , Bali, NTB, NTT, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, NAD dan Kalimantan Barat. Di Pulau Jawa rumput laut Gracilaria dibudidayakan di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Rumput laut Gracilaria dijual sebagai komoditas export dan dijual sebagai bahan baku pembuatan agar-agar di dalam negeri . Saat ini di Indonesia terdapat 5 pabrik agar-agar yang berbahan baku rumput laut Gracilaria, 2 perusahaan Refine Carrageenan (RC) dan 11 pabrik yang memproduksi Semi Refined Carrageenan yang menggunakan rumput laut Eucheuma Cottonii sebagai bahan bakunya, secara keseluruhan produksi olahan rumput laut tersebut mencapai 15.638 ton/tahun. Total hasil produksi tersebut akan terus meningkat mengingat Pemerintah akan memberlakukan peraturan dimana rumput laut harus dieksport dalam bentuk minimal produk setengah jadi, dan bukan dieksport dalam bentuk raw materials seperti yang dilakukan selama ini dimana rumput laut dieksport masih dalam bentuk bahan mentah.
Posting Komentar