Belakangan ini berita tentang ditemukannya tenaga illegal asal Tiongkok di beberapa daerah banyak diberitakan di media. Yang terbaru ditemukan tenaga kerja illegal yang juga berasal dari Tiongkok ditemukan di Bogor sebagai petani lombok. Tidak berselang lama TV one juga memberitakan ditemukannya tenaga kerja asal Tiongkok di Jeneponto, Sulawesi Selatan yang bekerja dalam sebuah proyek. Yang tidak kalah mengejutkan adalah mereka menerima gaji hingga puluhan juta rupiah padahal pekerjaan mereka hanya sebagai pekerja kasar, jumlah tersebut 6 kali lipat dibandingkan dengan gaji yang diterima oleh penduduk lokal.
Menanggapi hal tersebut, analis politik dan ekonomi Labor Institute Indonesia , Andy William Sinaga (11/11) mengatakan "(Eksodus petani Tiongkok) sebenarnya telah dipersiapkan matang oleh para investor asal Tiongkok, terutama yang ingin menguasai lahan pertanian di Indonesia,"
Menurut Andy, para investor asal Tiongkok ini mulai menjalankan program penguasaan lahan tersebut dimulai sejak 2013 dimana mereka berencana menguasai 50 ribu hektare persawahan di Kabupaten Subang.
Penguasaan lahan dengan dalih pengembangan pertanian terpadu di Subang dilakukan Malaysia Chronicle, perusahaan perkebunan China Liaoning Wufeng Agricultural, bekerja sama dengan Malaysian Amarak Group dan perusahaan lokal Indonesia, Tri Indah Mandiri.
Dari berbagai sumber yang dihimpun Andy, China Liaoning Wufeng Agricultural adalah perusahaan pertanian terbesar di Tiongkok. Didirikan tahun 2000, kini China Liaoning Wufeng Agricultural memiliki 24 lahan pertanian dengan 2000 buruh tani yang berkantor di Propinsi Liaoning di Timur Laut Tiongkok.
"Perusahaan pertanian Tiongkok ini telah melakukan ekspansi di Thailand, Vietnam dan Kamboja. Perusahaan mensuplai beras ke Tiongkok daratan," katanya.
Andy menduga ada hubungan petani Tiongkok di Bogor dengan rencana impor cangkul dari negara tirai bambu yang dilakukan salah satu BUMN, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI).
"Bisa saja cangkul tersebut diperuntukkan bagi buruh tani Tiongkok yang akan berladang di nusantara. Cangkulnya dulu, petaninya datang menyusul," katanya.
Atas terungkapnya kasus tersebut, Andy meminta Presiden Jokowi segera mengantisipasi pendudukan lahan pertanian di Indonesia. Menurut dia, setelah kasusnya ditemukan di Bogor dan Subang, tidak tertutup kemungkinan ratusan ribu hektar lahan pertanian di Indonesia akan diduduki oleh Tiongkok.
"Jangan gampang memberikan izin investasi dan pembelian lahan, terutama lahan pertanian bagi para investor khususnya dari Tiongkok. Kalau tidak bisa jadi boomerang, mengancam eksistensi para buruh tani dan petani di Indonesia," tukas Andy.
Menanggapi hal tersebut, analis politik dan ekonomi Labor Institute Indonesia , Andy William Sinaga (11/11) mengatakan "(Eksodus petani Tiongkok) sebenarnya telah dipersiapkan matang oleh para investor asal Tiongkok, terutama yang ingin menguasai lahan pertanian di Indonesia,"
Menurut Andy, para investor asal Tiongkok ini mulai menjalankan program penguasaan lahan tersebut dimulai sejak 2013 dimana mereka berencana menguasai 50 ribu hektare persawahan di Kabupaten Subang.
Penguasaan lahan dengan dalih pengembangan pertanian terpadu di Subang dilakukan Malaysia Chronicle, perusahaan perkebunan China Liaoning Wufeng Agricultural, bekerja sama dengan Malaysian Amarak Group dan perusahaan lokal Indonesia, Tri Indah Mandiri.
Dari berbagai sumber yang dihimpun Andy, China Liaoning Wufeng Agricultural adalah perusahaan pertanian terbesar di Tiongkok. Didirikan tahun 2000, kini China Liaoning Wufeng Agricultural memiliki 24 lahan pertanian dengan 2000 buruh tani yang berkantor di Propinsi Liaoning di Timur Laut Tiongkok.
"Perusahaan pertanian Tiongkok ini telah melakukan ekspansi di Thailand, Vietnam dan Kamboja. Perusahaan mensuplai beras ke Tiongkok daratan," katanya.
Andy menduga ada hubungan petani Tiongkok di Bogor dengan rencana impor cangkul dari negara tirai bambu yang dilakukan salah satu BUMN, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI).
"Bisa saja cangkul tersebut diperuntukkan bagi buruh tani Tiongkok yang akan berladang di nusantara. Cangkulnya dulu, petaninya datang menyusul," katanya.
Atas terungkapnya kasus tersebut, Andy meminta Presiden Jokowi segera mengantisipasi pendudukan lahan pertanian di Indonesia. Menurut dia, setelah kasusnya ditemukan di Bogor dan Subang, tidak tertutup kemungkinan ratusan ribu hektar lahan pertanian di Indonesia akan diduduki oleh Tiongkok.
"Jangan gampang memberikan izin investasi dan pembelian lahan, terutama lahan pertanian bagi para investor khususnya dari Tiongkok. Kalau tidak bisa jadi boomerang, mengancam eksistensi para buruh tani dan petani di Indonesia," tukas Andy.
Posting Komentar